Sistem Reproduksi pada Unggas
Praktek pengusahaan ternak unggas telah berubah secara radikal dalam beberapa dekade terakhir, dari suatu usaha peternakan kecil dengan mesin tetas atau inkubator sederhana menjadi suatu usaha kerjasama yang sangat besar antara perusahaan pembibitan dan penetasan. Perusahaan pembibitan mengembangkan jenis ayam yang baik dan menyediakan stok dasar untuk perusahaan penetasan guna memproduksi anak-anak ayam komersial. Perusahaan penetasan menangani pemasaran dan distribusi. Postingan kali ini akan secara singkat membahas dasar-dasar fisiologi reproduksi yang harus diketahui oleh para peternak unggas.
Pada gambar di atas, menggambarkan sistem reproduksi betina. Hendaklah diperhatikan bahwa unggas betina secara normal hanya memiliki ovari dan oviduk sebelah kiri yang berkembang sempurna. Selama masa penetasan, bagian sebelah kanan tidak berkembang dan pada saat menetas telah mengalami degenerasi menjadi suatu rudimen. Ada lima bagian oviduk yang secara jelas dapat dibedakan:
Ovari dipengaruhi oleh rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis dan pembesaran vent guna mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Progesteron berperan terhadap kelenjar hipothalamus untuk memproduksi LH (luiteinizing hormone) dari pituitari anterior, yang menyebabkan pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkanlah telur yang fertil. Sebaliknya, bila tidak ada sperma produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.
Pada gambar di atas, menggambarkan organ-organ reproduksi jantan yang disederhanakan, dibandingkan dengan spesies hewan piaraan yang lebih besar seperti sapi, babi, domba dan kuda. Organ reproduksi jantan adalah testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testes tidak turun ke dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan, dan terletak di dekat tulang belakang dekat bagian anterior ginjal. Testes menghasilkan sperma, untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik kelamin sekunder unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah, bulu dan respon berkokok.
Seperti halnya pada spesies-spesies lainnya, sperma diproduksi pada tubulus seminiferous di bagian dalam testes. Sperma yang dikeluarkan dari tubulus masuk ke dalam ductus deferens, yaitu saluran kecil yang menyalurkan sperma ke kloaka. Ductus deferens tidak bermuara ke dalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi ke dalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding dorsal kloaka dan berperan sebagai organ pengangkut semen. Unggas jantan juga memiliki hubungan dengan ductus deferens dan terletak pada bagian ventral kloaka. Perkawinan dengan betina pada hakekatnya adalah mempersatukan dua kloaka dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan pemancaran semen.
Unggas jantan juga memberikan respons terhadap cahaya seperti halnya unggas betina (lihat respon cahaya yang dibahas pada postingan sebelumnya Fisiologi Dalam Pemuliabiakan Pada Unggas). Unggas jantan yang digunakan untuk perkawinan secara alami juga harus mendapatkan bentuk rangsangan atau stimulasi cahaya yang sama seperti pada betina agar dapat menghasilkan semen yang hidup dan dalam jumlah yang memadai.
Sistem Reproduksi Unggas Betina
Gambar Ovari dan Oviduk Ayam Betina |
- funnel atau infundibulum yang berperan dalam penangkapan kuning telur atau volk setelah volk itu diovulasikan,
- magnum yang mensekresikan albumen atau putih telur,
- isthmus yang mensekresikan membran cangkang atau kerabang,
- uterus (kelenjar cangkang) yang mensekresikan cangkang,
- vagina, terdapat di mana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk sempurna.
Ovari dipengaruhi oleh rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein, lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis dan pembesaran vent guna mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Progesteron berperan terhadap kelenjar hipothalamus untuk memproduksi LH (luiteinizing hormone) dari pituitari anterior, yang menyebabkan pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkanlah telur yang fertil. Sebaliknya, bila tidak ada sperma produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.
Sistem Reproduksi Unggas Jantan
Pada gambar di atas, menggambarkan organ-organ reproduksi jantan yang disederhanakan, dibandingkan dengan spesies hewan piaraan yang lebih besar seperti sapi, babi, domba dan kuda. Organ reproduksi jantan adalah testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testes tidak turun ke dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan, dan terletak di dekat tulang belakang dekat bagian anterior ginjal. Testes menghasilkan sperma, untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik kelamin sekunder unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah, bulu dan respon berkokok.
Seperti halnya pada spesies-spesies lainnya, sperma diproduksi pada tubulus seminiferous di bagian dalam testes. Sperma yang dikeluarkan dari tubulus masuk ke dalam ductus deferens, yaitu saluran kecil yang menyalurkan sperma ke kloaka. Ductus deferens tidak bermuara ke dalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi ke dalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding dorsal kloaka dan berperan sebagai organ pengangkut semen. Unggas jantan juga memiliki hubungan dengan ductus deferens dan terletak pada bagian ventral kloaka. Perkawinan dengan betina pada hakekatnya adalah mempersatukan dua kloaka dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan pemancaran semen.
Unggas jantan juga memberikan respons terhadap cahaya seperti halnya unggas betina (lihat respon cahaya yang dibahas pada postingan sebelumnya Fisiologi Dalam Pemuliabiakan Pada Unggas). Unggas jantan yang digunakan untuk perkawinan secara alami juga harus mendapatkan bentuk rangsangan atau stimulasi cahaya yang sama seperti pada betina agar dapat menghasilkan semen yang hidup dan dalam jumlah yang memadai.
Comments
Post a Comment