Penyakit Koksidiosis dan Salmonellosis Pada Ternak Unggas

Penyakit Koksidiosis Pada Unggas

Koksidiosis sebernarnya adalah suatu penyakit yang dapat dikendalikan tetapi ini merupakan salah satu upaya yang mahal bagi indutri perunggasan. Unggas yang terserang betul-betul nampak sakit. Gejala-gejalanya adalah lemah, lesu, anemi, dan seringkali terdapat darah dalam feses. Tingkat kematian pada serangan yang hebat sangatlah tinggi.

Penyebabnya adalah sejumlah protozoa yang tidak hanya menyerang saluran pencernaan tetapi juga mempunyai suatu tahapan dalam siklus hidup protozoa itu yang berada di luar tubuh ayam. Nama Koksidiosis berasal dari kenyataan bahwa koksidia pada mulanya ditemukan dari alas (litter) dari unggas yang dipelihara secara umbaran. Koksidiosis menyebabkan luka pada sel-sel yang melapisi usus. Selanjutnya bakteri dapat menyerang bagian-bagian yang rusak dan menyebabkan infeksi. Pendarahan usus terlihat dalam feses. Koksidiosis berada 4 - 7 hari dalam tubuh unggas sebelum keluar bersama feses untuk memulai tahap siklus eksternal. Apabila alas (litter) cukup hangat dan lembab, suatu proses yang disebut sporulasi terjadi dalam 24 sampai 48 jam, dan infeksi dapat mulai lagi.

Pengobatan dan pencegahan meliputi usaha pengurangan konsentrasi atau jumlah ayam untuk suatu luasan kandang, menjaga alas kandang tetap kering, dan penggunaan obat yang disebut anti-koksidia. Ayam petelur dengan pemeliharaan terkurung dapat melenyapkan penyakit itu dengan cara memutuskan siklus hidup koksidia. Ayam pedaging atau ayam bibitnya dapat dilindungi dengan menggunakan kandang yang kering dan penggunaan anti koksidia dalam pakan untuk mencegah infeksi. Hampir seluruh ransum komersial untuk ayam pedaging sekarang telah dibubuhi bahan anti koksidia secara rutin.

 

Penyakit Infeksi Bakteri Salmonella (Salmonellosis)

Pullorum dan tifoid unggas (fowl typhoid), dan penyakit yang disebabkan oleh organisme-organisme dari genus Salmonella, akan dibahas secara singkat dan jelas dalam postingan ini. Organisme-organisme salmonella menyerang beberapa spesies hewan, termasuk manusia dan merupakan bahaya kesehatan yang cukup serius. Gejala-gejala pada manusia meliputi gangguan pencernaan yang hebat dan kadang-kadang kematian.

1.  Penyakit Pullorum Pada Unggas

Anak ayam sajalah yang memperlihatkan satu-satunya gejala klinis dari penyakit pullorum. Beberapa hari setelah menetas, anak-anak ayam yang terserang berhimpit-himpitan, kehilangan selera makan, sulit bernafas, dan seringkali mengeluarkan berak putih (berak kapur). Tingkat kematian bisa sangat tinggi. Ayam memperlihatkan luka pada organ-organ yang meliputi jantung, limpa, ginjal, paru-paru dan saluran pencernaan. Unggas dewasa yang sudah sembuh dari pullorum tetap mengidap penyakit ini meski tidak memperlihatkan tanda-tanda pullorum. Ayam-ayam itulah yang melakukan penyebaran infeksi secara vertikal (lihat postingan berjudul Penyakit dan Parasit pada Unggas).

Penyebabnya adalah bakteri Salmonella pullorum. Sementara anak ayam masih berada dalam inkubator, terjadi penyebaran vertikal melalui telur yang terinfeksi maupun penyebaran yang bersifat horizontal (lihat postingan berjudul Penyakit dan Parasit pada Unggas).

Pencegahan merupakan kunci untuk mengendalikan penyakit ini. Apabila pullorum telah merupakan problem atau sedang dicurigai, umumnya dilakukan fumigasi terhadap inkubator dan telur yang ditetaskan dengan menggunakan gas formaldehide yang diikuti dengan sanitasi yang teliti yang dilakukan di antara periode penetasan. Di Amerika Serikat dilakukan gerakan pengujian darah tahunan dari kelompok-kelompok bibit ayam yang membasmi sumber infeksi. Dengan cara melenyapkan kemungkinan penyebaran secara vertikal, pullorum sudah hampir terbasmi di Amerika Serikat.

2.  Penyakit Tifoid Unggas (Fowl Typhoid)

Tanda-tanda tifoid unggas mirip dengan pullorum. Penyebabnya adalah organisme salmonella lainnya yaitu Salmonella gallinarum. Meskipun obat-obat furazolidone efektif dalam mengurangi kerugian akibat organisme ini, sanitasi pembibitan yang baik dan pembasmian ayam dewasa yang terinfeksi adalah kunci pencegahannya.

3.  Infeksi Paratifoid

Organisme-organisme salmonella (selain yang menyebabkan pullorum) dan tifoid unggas, secara bersama-sama disebut penyebab infeksi paratifoid. tanda-tanda klinisnya sama dengan dua penyakit yang telah dibahas sebelumnya. Obat-obat seperti furazolidone efektif untuk mengendalikan kerugian dan penyebaran horizontal organisme tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Konversi Ransum pada Itik Petelur Mojosari

Daging dan Wool (Serat atau Bulu) Domba