Seleksi Pada Ternak Sapi Pedaging

Kriteria untuk seleksi sapi daging sangat bervariasi berdasar masing-masing teknik yang digunakan. Namun demikian, sebagian besar prinsip-prinsip seleksi selalu berdasar pada:
  1. Penilaian visual (judging), seperti yang umumnya terlihat di arena lomba atau pameran ternak.
  2. Silsilah, yaitu seleksi yang didasarkan pada reputasi yang ditunjukkan oleh nenek moyang sapi yang bersangkutan.
  3. Penampilan atau performans sapi.
  4. Pengujian atau test produksi.

Penilaian Berdasarkan Penglihatan (Visual) Judging

Barangkali tidak banyak peristiwa yang lebih menarik dari ketegangan yang timbul sesaat sebelum tepukan juri pada pantat sapi juara pada suatu pameran ternak nasional. Seleksi tentu lebih dari hanya sekedar kesenangan pribadi seseorang juri saja. Berdasarkan observasi dan penilaian yang sistematik sampailah seorang juri pada keputusannya.

Kategori dasar dari tipe ternak adalah klas ternak untuk tujuan pembibitan dan klas ternak untuk tujuan dipotong. Judging pada kedua tipe ternak tersebut akan sedikit berbeda, tetapi ada persamaan-persamaan prinsip yang diterapkan baik pada sapi untuk bibit maupun untuk sapi yang dipotong, karena karakteristik yang dimiliki sapi yang dipotong tentulah diturunkan atau diwariskan dari kelompoknya. Perbedaan yang utama di antara kedua tipe ternak tersebut adalah sifat-sifat atau karakteristik kelamin sekunder serta derajat hasil akhirnya. Stok bibit sering dinilai berdasarkan pada sislsilahnya (pedigree), seperti halnya karakteristik keturunannya yang akan dipotong.

Karakteristik visual seperti juga silsilah, diterapkan dalam seleksi untuk ternak bibit. Untuk mudahnya, seleksi sapi bibit akan mengabaikan karakteristik sapi potong, seleksi sapi bibit tidak menekankan penampilan akhir, tetapi sebaliknya ditekankan pada karakteristik kelaminnya. Prinsip seleksi adalah sama saja, meskipun sapi bibit tentunya nampak berbeda dengan sapi untuk dipotong.

 

Istilah-Istilah (Terminologi) pada Sapi

Untuk dapat membahas dengan cermat hasil observasi dalam rangka memilih ternak yang unggul dari kelompok ternak lainnya sebaiknya diketahui berbagai istilah-istilah (terminologi) yang digunakan pada ternak sapi.

Bagian-bagian tubuh seekor sapi Jantan

Gambar di atas menunjukkan bagian-bagian utama dari seekor sapi yang harus diketahui sebelum mencoba mengevaluasi hasil-hasil pengamatan pada seekor sapi. Akan lebih jelas apabila dikatakan, bahwa seekor sapi lebih pada bagian "quater" dengan pantat yang lebar dan bulat, daripada mengatakan bahwa hewan itu besar di bagian "belakang"nya. Jadi, keakraban seseorang dengan bagian-bagian tubuh seekor hewan menunjukkan perhatian, pengetahuan tentang hewan itu dan khususnya mencerminkan kejelian mata dalam menilai atau mengevaluasi ternak.

 

Penilaian Sapi Jantan (Steer)

Sapi jantan atau sekelompok sapi jantan harus selalu dinilai dengan cara yang logis. Umumnya pertama-pertama ternak di lihat dari samping, kemudian dari belakang dan terakhir dari depan. Biasanya, dalam arena pameran hewan dituntut melingkar (berkeliling), sehingga juri dapat memandang secara keseluruhan. Kemudian juri mulai menilai semua ternak berurutan satu per satu. Juri mencocokkan umur dengan ukuran badannya dari samping (lihat gambar di bawah ini).

Pandangan samping pada seekor sapi yang memperlihatkan panjang, perototan dan pertulangan

Barangkali yang terpenting dari observasi di sini adalah rentangan panjang badannya. Kecenderungan sekarang adalah pada sapi yang rentangan badannya panjang karena daging di sekitar tulang belakang harganya relatif mahal. Ternak tersebut harus lurus pada garis pundaknya, memanjang dari pangkal ke ujungnya (dagingnya banyak), cukup dalam di bagian flank (lebih banyak lagi dagingnya) dan agak ramping di tengahnya (sisa-sisa/buangannya lebih sedikit dan dagingnya lebih banyak). Bagian tengah yang padat berarti persentase potong (karkas) yang tinggi yaitu 60 - 65% pada sapi jantan yang bagus. Sapi jantan harus mempunyai tulang yang kuat (merupakan petunjuk perototan yang baik) dan harus mempunyai penampilan yang menunjukkan kualaitas ternak yang bagus pula.

70% dari nilai eceran yang diperoleh berasal dari bagian belakang tubuh seekor sapi, seperti yang terlihat pada gambar

Gambar di atas menunjukkan hasil observasi yang harus diperhatikan mengenai pengaruh faktor ekonomi terhadap seleksi. Meskipun 49% dari rata-rata berat sapi jantan berada di porsi tubuh bagian belakang, 70% dari nilai seekor sapi berada di bagian itu. Ternak yang dicari adalah yang panjang, kuat pada bagian atas dan kepadatan/kekompakan tubuh ada di bagian quarter. Setelah dinilai dari samping dan dibandingkan, sebagian besar juri menginginkan agar ternak dapat dilihat dari arah belakang. Sapi jantan dengan bagian belakang lebar dan daging terpusat di bagian quarter digambarkan pada gambar di bawah ini.

Kelebarannya, perototan dan pertulangan, dilihat dari arah belakang

Puncak dari pantatnya harus lurus dan di daerah pangkal ekornya penuh/kompak. Dari puncak pangkal ekor ke lutut cukup dalam dan lebar, terlebih disukai lagi bila bulat/menonjol, menunjukkan volume dagingnya yang lebih banyak. Harus juga dilihat letak kaki. Ternak yang mempunyai tulang kuat dan jejaknya lebar, merupakan petunjuk adanya loin eye yang cukup besar.

Pengukuran karkas meliputi perkembangan daerah loin-eye dan ketebalan lemak punggung

Bagian otot ini sering diukur dalam kontes karkas. Satu inchi persegi atau lebih tiap seratus pound berat hidupnya merupakan sasaran produksi yang dituju. Tulang yang kuat pada sapi jantan hidup menunjukkan adanya urat daging yang padat dalam karkas.

Pada tampak dari muka yang harus diamati adalah kepadatan pada quarter bagian depan dan kepadatan dari bagian dada "dewlap & brisket". Bagian dada "brisket" yang padat/kompak dan menggantung menunjukkan adanya lemak yang berlebihan. Sedangkan dewlap yang tipis atau hampir tidak mempunyai "dewlap" disukai karena pasaran saat ini menginginkan daging yang tidak banyak lemaknya. Tulang kaki bagian depan juga diamati sama dengan cara pengamatan dari belakang. Hal ini berarti ternak yang diinginkan adalah ternak dengan tulang yang besar/tebal dan dapat berdiri tegak, dengan kaki yang padat/berat, yang dalam observasi ini menunjukkan adanya hubungan ketebalan otot di bagian-bagian tubuh yang lain.

Penanganan (handling) merupakan bagian terakhir dalam memperkirakan sifat dan kualitas karkas. Sapi yang baik, rusuk, loin dan punggung hanya ditutupi lemak yang tipis saja. Kulit yang longgar dan kenyal lebih disukai, karena menunjukkan kualitas karkasnya. Judging tidak lain adalah membandingkan antara dua hewan, tanpa memandang ukuran di kelasnya. Juri selalu membandingkan satu dengan yang lainnya, kemudian suatu keputusan akan dibuat di antara keduanya. Pemenang dari tahap permulaan tersebut dibandingkan dengan pemenang lainnya. Oleh karena itu, harus dijelaskan pada orang yang baru mempelajari judging bahwa judging merupakan proses yang sangat sederhana jika dilakukan dengan cara yang sistematik. Judging adalah proses memahami seekor hewan dan mengevaluasi produk akhir (karkas)nya

 

Silsilah

Seleksi sapi yang didasarkan pada perkiraan prestasi dari nenek moyang sapi itu, yang telah dilakukan orang selama beratus-ratus tahun. Sistem ini masih digunakan pada hewan galur murni, tetapi tidak selalu membuahkan hasil yang menggembirakan. Suatu bloodline atau keturunan dari individu yang baik tidak selalu berarti bahwa ciri yang baik itu akan diwariskan melalui seleksi dan perkawinan.

Pemanfaatan yang paling berarti dari informasi silsilah adalah sebagai dasar seleksi hewan-hewan muda sebelum penampilan (performans)-nya sendiri atau keturunannya dapat diketahui. Sifat-sifat yang dimiliki seperti misalnya lamanya masa hidup, merupakan informasi yang penting. Juga sifat-sifat yang hanya muncul pada satu jenis kelamin saja, seperti produksi susu, telah secara efektif dipilih sebagai informasi yang berharga.

Sebagai contoh, seekor pejantan yang secara konsisten menurunkan anak dan cucu betina dengan kemampuan produksi susu yang tinggi dan mampu mengasuh anak-anaknya dengan baik, akan lebih mungkin mewariskan sifat-sifat baik itu. Pejantan muda yang dipilih dari keturunan yang baik, akan lebih mungkin menghasilkan anak-anak betina dengan produksi susu yang lebih baik pula.

Silsilah akan merupakan alat yang berguna asalkan faktor-faktor pembatasnya diketahui. Namun demikian, apabila performans telah diketahui maka arti pentingnya silsilah untuk evaluasi individual menjadi berkurang.

 

Penampilan atau Performans Ternak

Untuk mengukur kemampuan masing-masing ternak untuk tampil secara efisien dan ekonomis diperlukan beberapa teknik, baik yang sederhana maupun kompleks. Kesuburan hewan betina sering diukur dari keteraturan siklus birahi dan kemampuan beranak dengan cepat, keduanya merupakan ciri yang positif. Pejantan dinilai dari sifat kejantanan, keaktifan dan jumlah sperma yang bagus yang dihasilkan.

Pada ternak-ternak komersial, masa hidup yang lama berarti juga masa produksi yang lebih panjang dan ini perlu diamati. Pertumbuhan yang efisien dari saat lahir hingga disapih sampai berproduksi, diukur dalam hubungannya dengan pertambahan dan kualitas dari produk/hasil lahir, yang menentukan harga jual.

 

Teknik Pengukuran yang Sederhana

1. Pensil dan Bloknot

Kertas kecil sangat membantu untuk mencatat data, seperti tanggal lahir, berat lahir, tanggal pertama kali birahi, tanggal beranak, dan lain sebagainya. Data ini sangat berguna untuk nanti dipindahkan pada catatan (recording) individu dan tetap disimpan selama hidup masing-masing individu tersebut.

2. Neraca/Timbangan

Barangkali alat yang paling sering digunakan untuk seleksi di Amerika Serikat adalah timbangan ternak. besar atau kecil, stasioner atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam teknik-teknik pengukuran. Berat lahir, berat sapih dan berah pada saat melahirkan adalah informasi yang paling umum dan berguna.

Setelah bobot lahirnya , pertumbuhan hingga saat disapih sebagian besar merupakan pencerminan dari produksi susu induk dan kemampuan anak untuk tumbuh yang diwariskan dari tetuanya. Anak sapi dengan berat sapih yang lebih tinggi biasanya dikelompokan bersama-sama untuk diseleksi, yang terbaik digunakan sebagai bibit peremajaan.

Perlu dicatat, bahwa bobot untuk dapat digunakan dalam perbandingan, harus disesuaikan atau dibebaskan dari perbedaan jenis kelamin dan variasi umur. Pada saat disapih, sapi jantan yang termasuk golongan bull kira-kira 5 kg lebih berat dibandingkan sapi jantan yang termasuk golongan steer dan sapi jantan golongan steer sapihannya kira-kira 9 kg lebih berat dari sapihan betina (heifer).
Berat sapi yearling yang menunjukkan kemampuan pertumbuhannya yang terutama merupakan fungsi dari sifat-sifat menurun, yang didukung oleh makanan yang baik, kesehatan dan beberapa faktor lainnya. Karena setengah dari sifat yang diturunkan itu berasal dari masing-masing tetua, ukuran berat badan juga memberi petunjuk akan potensi induk dan pejantan dalam mewariskan materi genetiknya.

Berat anak sapi pada kelahiran pertama mengakhiri suatu siklus pengamatan sejak lahir hingga beranak. Sapi-sapi yang mempunyai anak dengan bobot ringan akan dikeluarkan terlebih dahulu meskipun catatan masa lalunya cukup bagus.

Dalam beberapa tahun, dengan pengeluaran ternak yang normal sekitar 20%, dapatlah diperoleh kelompok sapi-sapi yang bermutu tinggi, pertumbuhannya setelah disapih bagus dan beranak lebih besar dengan kualitas anak yang cukup tinggi.

3. Stasiun Pengujian Pejantan

Sebagian besar stasiun, sekarang mempunyai satu lokasi atau lebih ntuk mengukur ciri-ciri penting yang ekonomis, seperti angka pertambahan berat badan dan efisiensi makanan. Beberapa macam ukuran yang lain dapat juga ditambahkan, tetapi yang dua tersebut tadi adalah yang paling umum. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi mengenai prospek sapi jantan muda setelah lepas sapih dan sebelum dikawinkan. Dengan suatu lingkungan terkontrol yang identik dan periode waktu yang spesifik (biasanya minimum 140 hari) akan dapat dihasilkan perbandingan yan akurat.
Sapi-sapi jantan yang efisien dan yang tumbuh lebih cepat, besar kemungkinannya akan memproduksi anak dengan karakteristik seperti yang diinginkan, dibandingkan dengan sapi-sapi yang mempunyai pertambahan berat badan rendah dan pengubahan (konversi) makanannya jelek (tidak efisien).


Teknik-teknik Pengukuran yang Kompleks

1. Perlengkapan/Alat Ultrasonic

Alat ini menyerupai sonar, yaitu alat yang digunakan untuk melihat/mendeteksi obyek di bawah air laut, yang dibuat dalam ukuran kecil atau portabel untuk penelitian ternak. Alat ini memancarkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi dan mencatat waktu yang diperlukan untuk diterimanya kembali gema dari pertautan 2 jaringan (sebagai contoh jaringan lemak dan daging).

Gema yang ditimbulkan muncul dan dapat dibaca pada suatu alat yang dapat menggambarkan bentuk dan ukuran dari otot. Otot loin eye yang ada di daerah pinggang dapat digambarkan dengan akurat bila menggunakan metode ini dan cara ini kadang-kadang digunakan untuk dapat tambahan dalam testing sapi jantan. Keuntungannya yang jelas adalah bahwa data penting mengenai otot yang nilainya tinggi dapat diperoleh tanpa harus membedah atau menyembelihnya.

2. Data dari Penyembelihan

Ini merupakan metode lain yang digunakan oleh beberapa stasiun pengujian pejantan yang dilengkapi dengan fasilitas penyembelihan untuk melengkapi pengukuran efisiensi pakan dan bahkan pengukuran ultrasonik. Sapi jantan yang merupakan saudara kandung dari sapi yang di test, juga diteliti. Sapi jantan tersebutlah yang kemudian dikorbankan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Yang menjadi patokan adalah persentase daging yang tidak berlemak dan luas penampang daging di daerah loin eye.

Data tambahan yang termasuk di sini adalah perangkat kualitas daging, persentase karkas dan tingkat penyebaran lemak. Informasi ini bersama-sama dengan performans yang diperlihatkan oleh sapi jantan akan memberi proyeksi peningkatan potensial dari materi genetik tersebut.


Pengujian (Test) Produksi

Test produksi meliputi test penampilan (test performans) dan test keturunannya (test progeni). Cara ini sangat efektif apabila terutama didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang secara ekonomis penting, diwariskan dengan derajat yang tinggi. Sebagai contoh, ciri-ciri yang sering dianggap mempunyai nilai ekonomis yang tinggi adalah :
  1. Efisiensi reproduksi
  2. Kemampuan keindukan (mothering ability)
  3. Laju pertumbuhan
  4. Pertambahan bobot yang ekonomis
  5. Kemampuan untuk bertahan hidup jangka lama
  6. Kualitas karkasnya

Test produksi bukanlah merupakan sesuatu yang baru, cara ini sudah digunakan oleh orang-orang Romawi lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tentunya teknik ini sudah mengalami kemajuan yang pesat. Dasarnya adalah bahwa tiap individu mempunyai perbedaan dalam penampilan dan bahwa sifat-sifat itu diwariskan. Jadi, test produksi sebagai suatu teknik seleksi adalah suatu pengukuran yang sistematik atas sifat-sifat ekonomis, untuk dicatat dan digunakan  sebagai informasi untuk menyeleksi yang unggul dan menyingkirkan yang berproduksi rendah.

Test produksi adalah yang terbaik dari semua metode seleksi, terutama untuk menyeleksi sapi jantan muda. Agar efektif, karakteristik unggul yang akan diseleksi haruslah memiliki arti ekonomis dan memiliki heritabilitas yang tinggi. Hendaknya digunakan ukuran-ukuran yang obyektif seperti kg, cm, dll.

Selanjutnya ditentukan standar minimum, dan ternak yang berada di bawah standar tersebut, disingkirkan. Perbaikan sifat-sifat yang bernilai ekonomis berkaitan dengan faktor hereditas dan lingkungan. Jika sifat-sifat yang diseleksi adalah sifat yang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, maka heritabilitas sifat itu rendah dan sedikit sekali kemajuan yang dapat diharapkan. Oleh karena itu, hanya sifat-sifat yang terletak di bagian atas dari skala probabilitas sajalah yang sebaiknya dipergunakan.

 

Mengembangkan Program Pengujian (Test) Produksi

Biasanya ada 5 langkah penting untuk memulai suatu kegiatan test produksi. Yang perlu diingat adalah bahwa test penampilan (performans) dan test keturunan (progeni) merupakan bagian prosedur test produksi.

1. Membuat Marka Permanen

Tiap-tiap sapi jantan dan betina sebaiknya diberi tanda atau marka dengan cap/tatto atau yang lain-lainnya. Lebih dari itu, agar lebih mudah dikenal dari jarak tertentu, tanda atau marka tersebut sebaiknya mudah terbaca oleh pejalan kaki, penunggang kuda, atau dari tempat duduk di kendaraan.

Dalam hal ini bila digunakan cap cukup efektif, namun beberapa peternak lebih suka menambah cap atau tatto itu dengan anting plastik besar sebagai label di telinga yang mudah dibaca dan barangkali dengan kode warna agar lebih cepat membedakan di atara grup-grup atau strain/jenis sapi yang ada.

2. Pencatatan Umur

Semua sapi induk, pejantan dan anak sapi dalam suatu peternakan sebaiknya mempunyai catatan umur. Jika catatan ini tidak ada, suatu perkiraan sebaiknya dibuat oleh orang yang benar-benar mengetahuinya. Hal ini penting, karena perbandingan di antara sapi-sapi harus disesuaikan dengan pengaruh umurnya.

Perbandingan yang benar antara yang muda, tua dan sapi-sapi betina pada puncak penampilannya tidak mungkin dilakukan, kecuali kalau penaruh umur betul-betul dipertimbangkan. berat sapih anak sapi akan menjadi faktor untuk penyesuaian, karena sapi induk yang terlalu muda dan sapi induk yang terlalu tua, menghasilkan bobot sapih yang lebih ringan dibandingkan sapi induk pada umur menengah.

3. Pengamatan dari Lahir

Tiap ekor anak sapi sebaiknya ditimbang pada saat lahir dan dibuat catatan mengenai tanggal, berat, jenis kelamin induk, pejantan ayahnya (jika diketahui) dan informasi lainnya yang barangkali penting untuk peternak. Identifikasi yang permanen dibuat (tatto di telinga atau cap, sangat umum dipakai). Selain untuk memudahkan dalam mengenalinya. "ear tag" (tanda/label ditelinga) disarankan untuk dipasang agar tidak perlu melakukan cek ulang.

4. Catatan Berbagai Informasi

Berat sapih dan kualitas pada umur 6 - 8 bulan sebaiknya dicatat dan informasi dari masing-masing anak sapi, induk dan pejantan harus selalu diperbaharui (updating). Salah satu contoh bentuk formulir catatan tersebut ditujukan pada gambar di bawah ini.

5. Membuat Keputusan Berdasarkan Catatan

Sapi yang produksinya rendah dan calf crop-nya jelek sebaiknya dikeluarkan, tanpa memperhatikan kesenangan pribadi peternak akan hal-hal kecil seperti misalnya; warna bulu yang bagus dan sebagainya. Pejantan yang menghasilkan anak dengan berat badan ringan sebaiknya juga dikeluarkan.
Heifer (sapi betina muda) dan pejantan yang lebih efisien, lebih besar, lebih cepat pertumbuhannya, sebaiknya dipelihara untuk peremajaan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, heifer diberi makanan tambahan dan dilihat berat yearling dang kualitasnya. Sapi-sapi yang berproduksi rendah (sebagai contoh 20% terbawah) dikeluarkan dan heifer yang unggul dikawinkan dengan pejantan unggul. Setelah beranak pertama, heifer-heifer tersebut akan dikeluarkan lagi, berdasarkan pada berat sapih dari anak-anak pertamanya.

Dengan cara demikian, sapi-sapi yang terbaik akan ditest penampilannya masing-masing (test penampilan) dan penampilan anak/keturunannya (test keturunan/progeni test), dan program penyingkiran ternak yang ketat akan dapat menghasilkan sapi yang terbaik untuk dikawinkan dengan yang terbaik pula.


Sistem Seleksi

Dengan menerapkan kombinasi atau semua teknik yang sudah dikemukakan (penilaian secara visual, silsilah, penampilan ternak dan test produksi) Peternak memerlukan sistem seleksi yang akan diikut, yang dapat menghasilkan kemajuan maksimal. Tiga sistem yang umum adalah seleksi tandem, independent culling level dan indeks seleksi.

1. Seleksi Tandem

Satu sifat diseleksi untuk satu waktu tertentu hingga kemajuan maksimal dicapai, kemudian sifat yang lain akan menjadi target perbaikan selanjutnya. Tandem berarti berurutan satu kemudian yang lainnya. Prosesnya tampak sederhana, misalnya sapi yang diseleksi untuk karakter bertanduk. Apabila kemudian sudah didapati kelompok tak bertanduk, kelompok sapi yang sama akan diseleksi untuk berat sapih, dan seterusnya.

Kekurangan dari sistem ini adalah kemajuannya lambat, banyak karakteristik yang tidak cocok untuk diseleksi secara tunggal karena berakibat dengan karakteristik lain, dan hasilnya secara umum tergantung pada beberapa sifat. Oleh karena itu jika permasalahan ekonomisnya merupakan perhatian, sistem ini mempunyai banyak keterbatasan.

2. Tingkat Penyisihan Bebas (Independent Culling Level)

Test produksi sangat cocok dengan prosedur yang sitematik ini. Ditetapkan standar-standar minimum untuk beberapa sifat. Ternak yang gagal untuk memenuhi standar minimum untuk suatu sifat tertentu, berakibat disisihkannya ternak tersebut dari kelompoknya untuk dijual atau dipotong.

Kelemahan yang jelas dari cara ini adalah jika standar terlalu tinggi dan terlalu banyak sifat-sifat yang diinginkan, tingkat penyingkirannya akan terlalu tinggi. Dengan beberapa penyesuaian dalam standar dari waktu ke waktu, sistem ini menjadi cukup efektif.

3. Indeks Seleksi

Indeks seleksi sebagai suatu sistem yang paling umum diterima, menilai suatu sifat yang penting dan menyatukannya ke dalam satu gambaran atau nilai (skor). Skor yang lebih tinggi berarti bahwa hewan tersebut bernilai lebih untuk tujuan-tujuan perkembangbiakan.

Bobot yang diberikan pada masing-masing sifat termasuk dalam indeks akan tergantung pada kepentingan ekonomis, heritabilitas dan kaitan genetiknya pada sifat-sifat lain. Metode ini telah diterima oleh banyak peternak, karena penampilan yang sedikit di bawah standar dalam satu sifat tertentu, dapat diimbangin oleh sifat lain yang lebih unggul.

Satu-satunya kekurangan yang tampak, terjadi apabila beberapa sifat yang termasuk dalam suatu indeks atau suatu progres (perkembangan) tertentu, mempunyai heritabilitas rendah atau yang kecil kepentingan ekonomisnya. Bila digunakan jumlah sifat yang sesuai (tidak terlalu banyak) dengan heritabilitas yang relatif baik, indeks seleksi akan memberikan hasil penilaian yang paling obyektif.

Comments

Popular posts from this blog

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Seleksi Tandem, Independent Culling Level dan Indeks Seleksi

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Domestikasi dan Bangsa-bangsa Kelinci

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Pemuliabiakan dan Seleksi Pejantan Sapi Perah

Seleksi Pada Ternak Domba

Anatomi Tubuh Pada Ayam