Karakteristik Reproduksi Pada Domba Betina dan Tatalaksana Perkawinannya

Domba termasuk hewan ruminansia, oleh karena itu, beberapa prinsip yang telah dipahami dalam pembahasan sebelumnya tentang sapi, dapat diterapkan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan serta praktek tatalaksana. Akan tetapi, prinsip-prinsip reproduksinya berbeda. Domba termasuk hewan poliestrus musiman, yang berarti bahwa domba betina mengalami siklus birahi yang berulang-ulang pada saat mana kebuntingan dapat terjadi, tetapi hanya selama suatu musim tertentu saja, yaitu musim gugur.

Pada dasarnya, karena suhu lingkungan yang tinggi serta dimilikinya wool yang menutupi tubuhnya, domba jantan maupun betina tidak subur selama musim-musim lainnya. Namun beberapa bangsa tertentu tidaklah mengikuti pola umum itu (misalnya domba Dorset) dan dengan demikian dapat melahirkan anak di luar musim yang lazim. Pejantan dari semua bangsa biasanya subur sepanjang tahun tetapi kualitas semennya agak menurun pada bulan-bulan panas.


Induk domba sangat sering melahirkan kembar. Lamb Crop setinggi 100 sampai 150 % pada suatu kawasan domba bukannya sesuatu yang tidak biasa terjadi. Tidak seperti sapi yang memiliki kemampuan atau kemungkinan untuk diatur hingga melahirkan pada musim semi, musim gugur, atau bahkan spanjang tahun, umumnya domba hanya beranak pada musim semi saja. Praktek-praktek tatalaksana dan pemberian pakan sebelum tibanya saat-saat tersebut memberikan pengaruh terhadap efisiensi reproduksinya.
 

Karakteristik Reproduksi Domba Betina

  1. Pubertas (Masak kelamin)
    Domba-domba betina dari kebanyakan tipe daging dapat mencapai pubertas pada umur 5 sampai 7 bulan dan dikawinkan pertama pada musim gugur pertama pada umur 8 bulan atau lebih. Domba-domba dari jenis penghasil wool yang berat badannya lebih besar, lebih mundur lagi sampai 16 bulan atau lebih. Domba jantan mencapai pubertas sekitar satu bulan lebih awal dibandingkan domba betina.
  1. Birahi (Estrus)
    Anggota mamalia yang tergolong poliestrus musiman ini memulai siklus birahinya karena rangsangan suhu yang rendah pada musim gugur. Siklus itu berulang rata-rata tiap 16 hari (dengan kisaran antara 14 sampai 20 hari) sampai terjadinya kebuntingan. Lamanya birahi rata-rata adalah 30 jam. Tidak seperti spesies-spesies lainnya, domba betina hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda estrus yang nampak dari luar, kecuali bahwa domba betina itu akan tetap tinggal diam saja bila dinaiki oleh rekannya.
  1. Ovulasi
    Telur dilepaskan dari ovari sekitar 24 sampai 30 jam setelah awal estrus. Oleh karena itu, kebuntingan sangat mungkin terjadi apabila perkawinan berlangsung pada saat-saat akhir birahi.
  1. Kebuntingan
    Rata-rata lamanya masa bunting domba adalah 148 hari dengan kisaran antara 144 sampai 152 hari.

Tatalaksana Perkawinan Pada Domba

Untuk meningkatkan jumlah ovum yang dilepaskan dari ovari dan untuk meningkatkan terjadinya kelahiran kembar, dianjurkan untuk menerapkan flushing kepada domba betina. Flushing adalah pemberian pakan ekstra berupa bijian, 2 atau 3 minggu sebelum musim kawin. Pemberian sekitar 0,25 gandum atau jagung tiap ekor tiap hari adalah merupakan penerapan flushing yang umum. Biasanya dapat dicapai peningkatan lamb crop 10 sampai 20 %.

Agar perkawinan berjalan lebih lancar, domba betina perlu dicukur dan dibersihkan bulu ekornya. ini disebut togging. Domba jantan juga perlu dibersihkan daerah penisnya. kuku juga perlu diperiksa dan kalau perlu dipotong.

Untuk memperoleh gambaran visual tentang perkembangan atau keberhasilan perkawinan, pejantannya harus diberi tanda atau marka dengan pasta khusus atau zat pewarna lainnya di daerah dada sehingga domba betina yang dikawini akan membekas atau memperoleh warna itu pada bagian pantatnya.

Pasta yang dimaksud itu terbuat dari campuran minyak pelumas dan ekor kuning yang dioleskan pada jantan. Setelah 16 hari, warnanya diganti dengan mencampurkan oli dengan pewarna merah venesia. dan warna ini dipertahankan untuk enam belas hari berikutnya.  Enam belas hari kemudian warna hitam dicampurkan dengan oli tersebut. Cara ini dapat menunjukkan domba betina mana yang bunting pada tahapan pertama, kedua atau ketiga dari siklus birahi.

Seekor domba betina yang hanya terkena sedikit zat warna menggambarkan bahwa domba itu kawinnnya pada awal. Warna merah ditumpangi kuning, berarti telah terjadi perkawinan dua kali. Warna hitam di atas warna-warna yang lain dapat berarti bahwa domba betina itu tidak bunting dan barangkali perlu disingkirkan dari kelompoknya. Warna-warna itu haruslah bergerah dari warna yang cerah ke warna yang gelap.

Dalam kondisi di mana kelompok-kelompok domba betina satu sama lain dipisahkan dan kelompok itu masing-masing hanya dikawini oleh seekor pejantan saja, cara pewarnaan ini dapat menemukan dengan gampang pejantan mana yang ternyata steril, sebab semua domba betina mengalami perkawinan yang berulangkali. Dengan demikian, dapat segera dicarikan pejantan yang lebih baik untuk menggantikannya. Tanpa menggunakan sistem perkawinan yang sederhana itu, tingkat lamb crop dapat rendah sekali dan waktu setahun dapat terbuang percuma.

Kepadatan hunian untuk sistem kawin di padang gembala adalah 25 sampai 35 ekor untuk tiap ekor domba pejantan vearling, dan antara 35 dan 60 ekor untuk seekor domba jantan yang telah dewasa. Domba-domba jantan masih sangat produktif sampai umur 6 atau 8 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Penyembelihan dan Pengukuran Kualitas Karkas Babi

Sistem Reproduksi pada Babi