Proses pencernaan atau digesti merupakan proses pemecahan bahan pakan  sehingga bahan tersebut dapat diserap oleh tubuh hewan. Secara definisi digesti  dapat diartikan sebagai proses degradasi makromolekul menjadi monomer  penyusunnya sehingga dapat diabsorpsi oleh tubuh hewan. Pada ruminansia,  memiliki sistem pencernaan yang berbeda. Pencernaan ruminansia banyak dibantu  oleh proses fermentasi mikroba. Sistem pencernaan pada ternak ruminansia  terdiri dari mulut, esofagus dan memilki satu lambung yang terdiri dari rumen,  retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan anus (Frandson, 1992). Abomasum  sering disebut sebagai lambung sejati ternak ruminansia.
Jenis hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba memiliki  sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaannya terbagi atas empat  bagian, yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Hewan ternak  tersebut mampu menampung jumlah bahan makanan yang lebih besar serta mampu  mencerna bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Hewan-hewan ternak  yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan ini memakan pokok mereka adalah  hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat sekedar tambahan saja (Aak,  2008).
1.  Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki  tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap species (Blakely, 1994). Dentis  merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandbula, tertata melengkung  seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes dalam proses  pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi, mastikasi merupakan proses  fragmentasi pakan yang masuk ke dalam kavum oris (Praseno, 2003).
2.  Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan  ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus  menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare,  stratum longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi  muskuli tersebut menghasilkan gerak peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus  terdiri dari otot, sub mukosa, dan mukosa. PH normal pada esofagus ternak  ruminansia adalah 7 yang berarti di dalam esofagus bernuansa netral (Frandson,  1992).
3.  Lambung
Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit  daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek  yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian  retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus (Darmono, 2005).  Ventrikulus (lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat  proses digesti pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks.  Ruminansia merupakan hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus  ruminansia terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan  abomasum (Praseno, 2003).
4.  Rumen
Rumen merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari diafragma  menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal  (Frandson, 1992). Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena  di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna  makanan dan metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses  fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak  tidak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba  itu sendiri. Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat  yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005).
5.  Retikulum
Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti  yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh  membran mukosa yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu  menjadi permukaan yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992).  Retikulum, dimana prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja  pada bahan makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan  metabolismenya, mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara  periodik mengunyah kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih  lanjut menjadi serat, sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba  (Campbell, 2003).
6.  Omasum
Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari  alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan  retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan banomasum  terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa “vela terminalia” yang barangkali  berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum  menuju omasum (Frandson, 1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu,  yang mengandung banyak sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui  omasum (Campbell, 2003).
7.  Abomasum
Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan  dari rumen (Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri.  Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya  menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula  dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003).
8.  Usus Halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.  Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskop.  Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas  dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai  pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari  ileum tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari  babi, pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus  halus adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan  saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.  Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue  (Praseno, 2003).
9.  Sekum
Didalam sekum terdapat bakteri-bakteri pembusuk, antara lain proteolitik.  Proteolitik ini berfungsi menyerang protein yang belum dicerna menjadi  asam-asam amino. PH normal pada sekum adalah 8 yang berarti didalam sekum  suasananya basa (Frandson, 1992). Sekum merupakan organ ini terdapat pada  perbatasan usus halus (intestinum tenue) dan usus besar (intestinum krassum).  Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam perangkat digesti lainnya, biasanya  akan mengalami fermentasi dalam sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan  tersebut (Praseno, 2003).
10.  Usus Besar
Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak  menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya  tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh  enzim-enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik  yanng banyak terdapat pada usus besar. Didalam sekum akan terjadi pencernaan  fermentatif (Frandson, 1992). Usus besar atau intestinum krassum merupakan  terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung  nodus limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa  digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di  dalamnya (Praseno, 2003).
Comments
Post a Comment