Manajemen Pengelolaan Sapi Perah Laktasi

Idealnya, lama laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering. Kurva laktasi yang lazim (terlihat pada gambar di bawah ini). Dalam prakteknya, panjangnya masa laktasi seekor sapi bervariasi dari 270 hari sampai 400 hari. Biasanya masa laktasi itu menjadi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah kelahiran atau dikeringkan karena sesuatu penyakit. Sebaliknya masa laktasi yang panjang biasanya dikarenakan adanya kesulitan dalam mengawinkan kembali. Rata-rata interval kelahiran adalah sekitar 400 hari.

Gambar kurva laktasi yang lazim

Produksi susu biasanya cukup tinggi segera setelah sampai 6 minggu sampai tercapai tingkat produksi maksimum. Mulai saat ini lalu terjadi penurunan produksi susu secara bertahap sampai pada akhirnya atau ujung laktasi. Penurunan produksi setelah mencapai puncak laktasi kira-kira besarnya 6% tiap bulan. Catatan laktasi yang mencapai jumlah 6800 sampai 11000 kg susu (15000 sampai 25000 lb), pada saat sekarang bukanlah hal yang istimewa.

Catatan tentang tingkat produksi juga bervariasi tergantung umur sapi. Sapi yang beranak pada umur 2 tahun dapat diharapkan produksinya meningkat sebesar 25% untuk mencapai tingkat produksi maksimum. Kebanyakan sapi mencapai tingkat produksi maksimum pada umur 6 sampai 8 tahun atau pada laktasi yang ke-4 sampai ke-6. Setelah itu, produksi tiap tahunnya menurun.

Catatan-catatan produksi Dairy Herd Improvement (DHI) dan Dairy Herd Improvement Registry (DHIR) biasa memepertimbangkan faktor-faktor tersebut yang menyebabkan bervariasinya laktasi dan catatan itu adalah melaporkan laktasi yang dikoreksi terhadap umur 6 tahun, pemerahan selama 305 hari dengan frekuensi 2x sehari. Ada pula koreksi yang lain yaitu bulan kelahiran serta lokasi sapi yang bersangkutan. Faktor-faktor koreksi tadi digunakan untuk menyamakan catatan produksi bagi sapi-sapi yang diperah 3x sehari (bukannya 2x sehari), juga bagi sapi yang lama pemerahannya mungkin lebih atau kurang dari 305 hari, bagi sapi yang umurnya belum mencapai atau sudah melebihi 6 tahun, serta bila susu diproduksi untuk suatu tingkat lemak susu tertentu. Hal-hal yang lebih rinci mengenai hal tersebut dapat diperoleh dari asosiasi sapi perah masing-masing dan dari balai penyuluhan pertanian (Agriculture Extension Service). Jadi manakala ada suatu catatan produksi yang dilaporkan, catatan itu umumnya sudah dikoreksi (distandarisasi) guna mencerminkan suatu norma untuk membandingkan satu sapi dengan sapi yang lain.

Pemberian Pakan Sapi Laktasi

Karena sapi perah itu tergolong ruminansia, ransum sapi perah sebaiknya terdiri dari hijauan legum dan non-legum yang berkualitas bagus (dalam keadaan segar dan atau jerami) dengan konsentrat yang tinggi kualitas serta palatabilitasnya. Sebagai suplemen terhadap hijauan tadi, sehingga dapat dicapai produksi maksimum. Meskipun semua nutrisi itu penting, hal utama yang memerlukan perhatian peternak adalah energi. Adalah sangat sukar atau bahkan tidak mungkin bagi seekor sapi perah yang sedang tinggi produksinya untuk mengkonsumsi ransum sedemikian banyaknya guna memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar karena jumlah susu yang banyak yang dihasilkannya. Tabel di bawah berikut memberikan petunjuk untuk memenuhi kebutuhan energi.

Tabel jumlah bijian yang diberikan pada tiap periode (untuk sapi berat 630 kg. 4% lemak)(*)


Kemampuan Produksi Sapi (lb)
Rata harian periode pertama
50
60
80
90 – 100
Jumlah
10.000
12.000
15.000
18.000

....... Rasio bijian: susu .......
Periode Laktasi




1.    (10 minggu pertama)
1 : 4
1 : 3
1 : 3
1 : 3
2.    (10 minggu kedua)
1 : 4
1 : 3
1 : 2,5
1 : 2,5
3.    (24 minggu terakhir)
1 : 4
1 : 4
1 : 3
1 : 3
4.    (Kering, 6 – 8 minggu)
3 – 4 lb
4 lb
4 lb
6 lb

tiap hari
tiap hari
tiap hari
tiap hari
Jumlah bijian (kira-kira)
3000 lb
4000 lb
5000 lb
6000 lb
(*) Rasio berdasarkan pada 100% bahan kering, bijian mengandung 80% TDN dan hijauan 60% TDN
Dikutip dari Feedling the Dairy Herd, Extension Bulletin 218, the University of Minnesota.


Sedangkan tabel di bawah ini memberikan gambaran tentang tingkat protein sepanjang masa laktasi.

Tabel tingkat-tingkat protein ransum selama 4 periode laktasi


Kemampuan Produksi Sapi (lb)
Rata-rata 10 minggu pertama
60 lb
80 lb
90 lb
Jumlah laktasi
12.000 lb
15.000 lb
18.000 lb

....... % bahan kering ransum .......
Periode



1.    (10 minggu pertama)
16
19
20
2.    (10 minggu kedua)
13
15
16
3.    (24 minggu terakhir)
12
12
12
4.    (Kering, 6 – 8 minggu)
9
9
9
Dikutip dari Feedling the Dairy Herd, Extension Bulletin 218, the University of Minnesota.


Karena produksi susu tertinggi terjadi pada 6 sampai 12 minggu pertama masa laktasi, masa periode ini adalah periode pemberian pakan yang bersifat kritis. Sapi yang baru masuk kelompok laktasi haruslah diberi sejumlah konsentrat sebanyak yang dapat dihabiskan dengan aman (sekitar 2 sampai 2,5 lb untuk tiap 100 lb berat badan atau 0,9 sampai 2,25 kg untuk tiap 45 kg bobot badan). Bahan itu diberikan sebagai tambahan terhadap hijauan berkualitas tinggi yang disajikan pada sapi yang bersangkutan. Dengan kombinasi hijauan dan konsentrat itu, sapi akan mampu menghabiskan sekitar 1,25 sampai 1,8 kg ransum kering untuk tiap 45 kh berat badan. Untuk memberikan energi sebanyak mungkin, konsentrat digunakan pada tingkat maksimum, biasanya 60% dari ransum. Apabila konsentrat melebihi 60%, akan terjadilah penurunan yang tajam pada kadar atau persentase lemak susu. Jadi ransum secara keseluruhan biasanya terdiri dari 60% konsentrat dan 40% hijauan untuk periode awal laktasi.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, seekor sapi perah yang baik diharapkan bobot badannya turun selama produksi puncak. Berat tersebut kemudian kembali dalam sisa masa laktasi. Dengan turunnya produksi susu, kebutuhan gizi juga menurun dan tentunya pemberian pakan sapi itu juga menyesuaikan. Sapi diberi pakan konsentrat lebih sedikit dengan hijauan yang lebih banyak pada tahapan laktasi menjelang akhir. Dengan berhentinya penurunan berat, pemberian pakan dikurangi sampai tingkatan sedikit di atas kebutuhan untuk produksi dan pemeliharaan atau perawatan tubuh.

Konsentrat untuk Sapi Perah

Fungsi utama suatu bahan pakan konsentrat seperti jagung adalah guna mensuplai energi tambahan yang diperlukan untuk produksi susu maksimum yang tak akan dapat dipenuhi oleh hijauan saja. Fungsi yang kedua, konsentrat protein seperti tepung kedelai akan mengatur atau menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tertentu. Oleh karena itu, tingkat protein ransum akan bervariasi langsung dengan kandungan protein hijauannya. Campuran konsentrat dari bahan-bahan pakan prptein dan energi kandungan proteinnya bervariasi antara 12 dan 18% protein kasar. Yang paling umum dipakai, 14 sampai 16% berdasar bahan kering. Bahan konsentrat dapat diberikan baik di dalam kandang pemerahan maupun di kandang lain sebelum diperah. Bagi peternak atau mereka yang tidak tertarik dengan seluk beluk menyusun ransum yang berimbang, suatu pedoman yang bagus guna pemberian konsentrat adalah 1 kg konsentrat untuk tiap 4 kg susu yang dihasilkan. Ini berlaku untuk sapi perah yang tergolong besar, yaitu Holstein, Ayrshire, dan Brown Swiss. Untuk bangsa sapi perah yang tergolong kecil seperti Jersey dan Guernsey, tiap 1 kg konsentrat perlu diberikan untuk tiap 3 kg susu yang dihasilkan.

Sistem Pemberian Pakan Pada Sapi Perah

Akhir-akhir ini, ada sistem pemberian pakan (selain yang telah dibahas pada postingan-postingan sebelumnya), yang tampaknya juga memperlihatkan keberhasilan. Sistem-sistem yang dimaksudkan adalah yang disebut lead feeding, challenge feeding dan complete ration (sistem ransum lengkap).
  1. Lead Feeding - Cara ini adalah cara pemberian pakan konsentrat dalam jumlah banyak sejak masih masa kering kandang. Bahan pakan konsentrat diberikan dalam jumlah 1,8 sampai 2,7 kg tiap hari, sejak 2 minggu sebelum kelahiran. Jumlah itu ditingkatkan sebanyak 0,45 kg tiap hari, sehingga pada saat melahirkan jumlah konsumsi konsentrat mencapai 9 kg. Cara ini membantu dalam mengatasi masalah perubahan-perubahan ransum yang cepat pada saat atau segera setelah kelahiran serta membantu meningkatkan kesukaan kkonsentrat pada sapi-sapi yang mulai diperah itu.
  1. Challenge Feeding - Pada cara ini kepada sapi diberikan seluruh bahan pakan yang diinginkan, tetapi bila sapi itu kelihatan menjadi gemuk dan bukannya menghasilkan susu, pakan itu dihentikan. Sistem ini dimulai 2 minggu sebelum kelahiran dengan jumlah konsentrat sekitar 1% dari bobot badan. Setelah melahirkan sapi diberi pakan hijauan sebanyak 1 sampai 2% dari bobot badannya serta diberi konsentrat sebebasnya memilih. Cara pemberian pakan seperti ini selama 3 atau 4 bulan laktasi mampu menampilkan produksi susu sesuai keadaan genetiknya. Empat bulan setelah melahirkan, pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan produksi susu sampai saatnya kering kandang tiba.
  1. Complete Ration (Sistem Ransum Lengkap) - Suatu ransum lengkap yang dipersiapkan dengan pencampuran konsentrat dan hijauan menjadi suatu bentuk ransum tunggal. Ransum itu disusun berimbang antara protein dan energi dan diberikan kepada kelompok sapi yang sedang diperah sebagai pilihan bebas. Kelompok sapi perah biasanya dipisah-pisahkan berdasarkan tingkat produksi susunya dan suatu ransum lengkap disusun untuk masing-masing kelompok yang bersangkutan. Jadi ransum lengkap sendiri-sendiri masing-masing diberikan kepada sapi yang sedang kering kandang, sapi yang produksinya 20 kg sehari, yang 20 sampai 30 kg sehari, serta sapi yang tingkat produksinya lebih dari 30 kg sehari. Dengan cara ini, tidak diberikan tambahan bijian di dalam kandang pemerahan. Contoh ransum lengkap tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel contoh ransum untuk sapi dengan periode makan yang berbeda-beda dan berbagai jenis makanan serta kombinasinya. (*)

Jenis Makanan
Periode
1 (*)
Periode
2 (*)
Periode
3
Periode
4
Leguminosa




Hay alfalfa (kg)
10,0
13,0
13,0
10,0
Campuran biji-bijian (kg)
18,5
15,0
8,5
2,5
Oat (kg)
263,0
285,5
299,0
285,5
Jagung pipilan (kg)
535,0
580,5
589,5
589,5
44% supplemen (kg)
90,5
27,0
0
0
Dical.
9,0
4,5
9,0
22,5
Campuran garam mineral & Vitamin  (kg)
9,0
9,0
9,0
9,0
Silase jagung




Hay




Hay alfalfa (kg)
2,5
2,5
2,5
2,5
Silase jagung (kg)
20,0
28,5
28,5
20,0
Campuran biji-bijian (kg)
16,0
12,0
6,0
0,9
Oat (kg)
211,0
208,5
208,5
295,0
Jagung pipilan (kg)
453,5
422,0
408,0
589,5
44% supplemen (kg)
217,5
249,5
265,0
0
Dical. (kg)
9,0
11,0
13,5
13,5
Limestone
7,0
4,5
2,3
0
Campuran garam mineral & vitamin (kg)
9,0
9,0
9,0
9,0
Leguminosa (1/2)




Silase jagung (1/2)




Hay alfalfa (kg)
5,0
7,0
7,0
5,0
Silase jagung (kg)
13,5
18,0
18,0
13,5
Campuran biji-bijian (kg)
17,0
13,0
7,0
1,8
Oat (kg)
236,0
245,0
263,0
299,0
Jagung pipilan (kg)
487,5
496,5
544,0
589,5
44% supplemen (kg)
163,0
147,0
84,0
0
Dical. (kg)
7,0
9,0
0
0
Monosodium phosphat (kg)
0
0
7,0
9,0
Limestone (kg)
4,5
0
0
0
Campuran garam mineral & vitamin (kg)
9,0
9,0
9,0
9,0
Rumput




Hay (kg)
10,0
13,0
13,0
10,0
Campuran biji-bijian (kg)
19,0
15,0
9,5
3,0
Jagung pipilan (kg)
249,5
261,0
288,0
297,0
44% supplemen (kg)
131,5
95,0
27,0
0
Dical. (kg)
4,5
4,5
2,3
0
Limestone (kg)
7,5
7,0
7,0
11,0
Campuran garam mineral & vitamin (kg)
9,0
9,0
9,0
9,0
Dikutip dari Feedling the Dairy Herd, Extension Bulletin 218, the University of Minnesota.

(*) Jumlah makanan menunjukkan kebutuhan sapi. Sapi barangkali tidak dapat mengkonsumsi sejumlah yang ditunjukkan pada periode 1 dan 2.

Keterangan:
o Produksi: Periode 1 = 41 kg, Periode 2 = 36 kg, Periode 3 = 22,5 kg; tes lemak = 3,8% untuk semua periode dan berat sapi 589,5 kg.
o Tingkatan bahan kering: hay = 90%; silase jagung = 33%; dan biji-bijian = 88%.
o Kandungan makanan (100% BK): alfalfa = 16% protein kasar dan 33% lemak kasar; silase jagung = 8% protein kasar dan 26% lemak kasar; dan rumput = 12% protein kasar dan 37% lemak kasar.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Konversi Ransum pada Itik Petelur Mojosari

Daging dan Wool (Serat atau Bulu) Domba