Manajemen Pemerahan Susu Sapi
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).
Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011),
Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-macam, antara lain:
Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan kuman dalam susu.
Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting, air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan sapi akan kesakitan. Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh tangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting dipegang antara ibu dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi (Syarief dan Harianto, 2011).
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik (1953). Kenaikan hasil susu itu tergantung pada kemampuan sapi itu untuk perproduksi, makanan dan manajemen.
Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat ersebut harus dicucihmakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.
Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi sapi yang diperah. Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan, kemudian dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut.
Susu yang masih banyak mengandung kolestrum ini sangat tidak baik diminum, hanya sangat baik buat anak sapi itu sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung antibody. Yaitu zat – zat penguat bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit. (Muljana, W. 1985)
I. Fase Persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih (Muljana, 1985).Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011),
II. Pelaksanan Pemerahan Susu
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, tengan menggunakan prosedur sanitasi, serta efisien dalam menggunaan tenaga kerja (Prihadi, 1996). Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan hasil susu.Ada 2 teknik pemerahan susu, yaitu teknik pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi) dan teknik pemerahan manual / tangan.
A. Menggunakan Mesin Perah
Sebelum sapi diperah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air bersih. Yang lebih penting adalah bagian puting ambingnya. Karena jika puting sapi yang akan diperah dalam keadaan masih kotor, maka mikroba yang menenempel dapat terbawa dan menyebabkan terjadinya kontaminasi atau pencemaran bakteri. Dalam waktu yang singkat, mikroba pada susu akan tumbuh dan berkembang lebih cepat dan nilai kwalitas susu menjadi jelek dan dianggap susu rusak. Jika susu sudah dalam keadaan rusak dan terkontaminasi bakteri, maka dampaknya pada konsumen yang meminumnya.Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemerahan menggunakan mesin perah yaitu:
- Sapi dan kandang dibersihkan dengan air
- Ambing harus diperhatikan kebersihannya
- Mesin perah disediakan
- Listrik dinyalakan
- Dengan hati-hati mesin penyedot (vacum leaner) ditempatkan satu-persatu pada bagian putingnya
- Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan (recording) pada setiap tabung yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya.
- Setelah pemerahan selesai, maka alat-alat dibersihkan dan disimpan kembali pada tempat yang tersedia
Kelebihan dan kekurangan pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi)
Kelebihan- Dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal. Karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana
- Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat
- Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah
- Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil
- Biaya untuk membeli mesin terlalu mahal
- Jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus besar
Peralatan yang diperlukan pada pemerahan susu menggunakan mesin perah:
a. Ember Susu- Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual.
- Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
- Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut, sel ephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.
- Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
- Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center) maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium, berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.
- Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
- Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah kedalam penampung melalui unit perah. Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi
Gambar 2. Pemerahan dengan mesin perah |
Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas:
- Pompa Vakum
- Pulsator
- Milk claw
- Sedotan puting (Teat cup)
- Wadah susu (Bucket)
Pada umumnya ada 3 (tiga) macam model mesin perah susu yang sudah dikenal, yaitu :
1. Sistem Bangsal Pemerahan (Milking parlor system)
Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan.Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah.Setiap satu mesin melayani seekor sapi.Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor).Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-macam, antara lain:
- Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking, parlor)
- Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon milking parlor)
- Sistem komidi putar (rotary milking parlor)
2. Sistem ember (Bucket system)
Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sitem ini cocok digunakan untuk petemak kecil.Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangki pendingin.Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan kuman dalam susu.
3. Sistem Pipa (Pipe line system)
Pada sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.B. Pemerahan dengan Tangan / Manual
Pemerahan dengan tangan ini menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan sususapi, ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh peternak, diantaranya :- cuci/bersihkan ambing sapi dengan air hangat
- kandang sapi sudah dibersihkan
- peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril
- merangsang keluarnya air susu
- mengurangi kemungkinan air susu terkontimanasi oleg bakteri
- mengurangi munculnya mastitis (menurunkan produksi susu hingga 30 %.)
Setelah melakukan fase pemerahan tersebut, ada 3 cara pemerahan dengan tangan, yaitu:
1. Whole hand (tangan penuh)
Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan menjadi panjang olehnya. Cara ini dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dangan penuh tangan. Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke luar. Setelah air susu itu keluar, sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-kali.Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting, air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan sapi akan kesakitan. Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh tangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting dipegang antara ibu dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi (Syarief dan Harianto, 2011).
2. Stripping (perah jepit)
Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam cistern (rongga susu). Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi. Cara ini dilakukan hanya untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar dikerjakan dengan cara lain.3. Knevelen (perah pijit)
Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu jari, cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah.. Lama-kelamaan bungkul ibu jari menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi yang memiliki puting pendek. (Syarief dan Harianto, 2011).III. Pasca Pemerahan
Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto, 2011). Sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).IV. Pengaturan Waktu Pemerahan
a. Musim
Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang panas produksi susu sapi umumnya menurun. Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak.b. Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan yang dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi susu tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3 kali sehari; sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat diperah 3 kali sehari.Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik (1953). Kenaikan hasil susu itu tergantung pada kemampuan sapi itu untuk perproduksi, makanan dan manajemen.
Menghadapi sapi yang sukar diperah
Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para petugas antara lain adalah menenangkan sapi yang akan diperah, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi, pencucian tangan petugas dan upaya melicinkan puting.a. Menenangkan sapi
Dalam rangka pemerahan, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah usaha menenangkan sapi yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar. Usaha untuk menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara:- Memberikan makanan penguat terlebih dahulu bagi sapi-sapi yang akan diperah.
- Petugas mengadakan pendekatan dengan cara memegang-megang bagian tubuh sapi
- Menghindarkan lingkungan kandang terjadi kegaduhan seperti adanya sekelompok tamu masuk ke dalam kandang, atau berlalu-lalang di sekitar kandang, suara-suara asing yang mengejutkan, dan lain sebagainya.
b. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi
Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para konsumen. Usaha membersihkan tempat/kandang dan bagian-bagian tubuh sapi yang dapat mengotori hasil pemerahan dapat dilakukan dengan cara:- Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air yang bertekanan tinggi. Dengan cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan berbau tercuci bersih, sehingga susu tidak tercemari oleh kotran yang berada di dalam kandang.
- Apabila menjelang pemerahan sapi belum sempat dimandikan, maka kotoran yang melekat pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing, dan puting dicuci terlebih dahulu.
- Mencuci ambing dan puting dengan air hanga tdan desinfektan; ambing digosok dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap yang lunak. Pada saat itu ambing sedikit dimasase pelan-pelan. Pencucian ambing dengan air hangat dan desinfektan ini ialah untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran. Sedangkan dilakukan masase adalah untuk merangsang keluarnya air susu.
- Setelah puting dikeringkan dengan kain satu per satu, kemudian satu atau dua pancaran perahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang atau ditampung di tempat tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil stripping itu kotor, maka tidak boleh dicampur dengan hasil susu perahan berikutnya yang bersih. Sehabis dilakukan pemerahan saluran susu pada puting selalu terbuka, maka harus diusahakan agar tidak kemasukan kotoran ataupun bakteri.
c. Mengikat sapi
Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yhang pendek di suatu tempat yang sudah dipersiapkan. Tujuan pengikatan sapi ini adalah agar sapi tidak berontak. Disamping sapi itu diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama sapi-sapi yang nakal, suka berontak atau menyepak. Sedangkan pengikatan ekor dimaksudkan agar sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam ember. Caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang. Dan apabila petugas memerah di sebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di sebelah kiri.d. Mencuci tangan
Semua petugas yang akan melaksanakan pemerahan harus mencuci tangan terlebih dahulu dengan air bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih, tidak tercemar oleh kotoran dari tangan pemerah. Menurut Prof. Dr. Soewarno T. Soekarno, pada telapak tangan manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm2. Pencucian tangan hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan sabun dan desinfektan. Kemudian dikeringkan dengan kain lap dan tangan diolesi dengan minyak kelapa, agar pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa sakit.e. Melicinkan puting
Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasakan sakit. Jika puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi minyak, maka sapi yang diperah tidak akan berontak, terutama bagi sapi yang baru pertama kali berproduksi.f. Merangsang keluarnya air susu melalui pedet dan pemerahan bertahap
Khusus bagi sapi-sapi yang baru pertama kali berproduksi kadang-kadang masih sulit diperah. Jika petugas menghadapi kasus smacam itu dapat dicoba dengan cara:- Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal pemerahan, sehingga proses pemerahan selanjutnya dapat dilaksanakan secara lancar
- Melakukan pemerahan bertahap, yakni sapi diperah sedikit demi sedikit. Dengan demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Bagi sapi-sapi yang telah terbiasa diperah jika didekati tenang dan siap untuk diperah.
g. Perlengkapan dan peralatan
Sebelum melaksanakan pemerahan, petugas harus mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat ekor (jika hal ini diperlukan),milk-can untuk menmpung air susu, dan kain bersih untuk menyaring susu terhadap kotoran dan bulu sapi pada saat susu dituangkan ke dalam milk-can.Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat ersebut harus dicucihmakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.
Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi sapi yang diperah. Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan, kemudian dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut.
Pemerahan darurat sebelum melahirkan
Jika ingin mendapatkan air susu segar, padahal sapi kita sedang bunting, maka pemerahan air susu yang baik adalah 15 hari sebelum melahirkan dan 7 hari setelah melahirkan. Mengapa harus kita lakukan demikian? sebab 15 hari sebelum partus (melahirkan) komposisi air susunya belum seperti apa yang kita inginkan. Kemudian air susu pada awal laktasi, sebelum 7 hari masih berupa kolestrum.Susu yang masih banyak mengandung kolestrum ini sangat tidak baik diminum, hanya sangat baik buat anak sapi itu sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung antibody. Yaitu zat – zat penguat bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit. (Muljana, W. 1985)
Comments
Post a Comment