Fisiologi Sekresi Susu Pada Sapi

Karena sedikit atau bahkan tidak ada susu yang disintesis pada saat berlangsungnya proses pemerahan maka air susu itu semuanya telah berada di dalam ambing pada saat pemerahan berlangsung. Air susu dibentuk atau disekresikan oleh seekor sapi pada waktu atau periode antar waktu pemerahan. Pada masa antara itu, susu disintesis di tiap sel epitel alveolus yang berfungsi, dan dilepas ke dalam lumen alveolus. Karena semua unsur pembentuk atau komponen susu itu diangkut ke dalam alveolus dari dalam aliran darah, ke dalam ambing haruslah masuk aliran darah dalam jumlah besar untuk keperluan sintesis susu. Telah diperkirakan sebanyak 135 sampai 225 kg darah melintasi ambing hanya untuk mensintesis ½ kg susu saja.

Sintesis susu yang paling cepat terjadi sesaat setelah pemerahan, susu pertama yang disintesis mengisi tempat-tempat penampungan yang ada di dalam ambing. Dalam satu jam sesudah pemerahan, belum terjadi peningkatan yang berarti dalam ukuran ambing ataupun tekanan mamae. Ruang penampungan alamiah pada ambing dapat menampung sekitar 40% air susu yang ada pada saat pemerahan, sedang sisanya yang 60% dapat tertampung tetapi harus dengan merentangkan ambing itu. Ambing akan mengembang sekitar ⅓ bagian selama periode antar pemerahan. Dengan naiknya tekanan, laju sekresi berkurang sehingga setelah 6 jam menjadi sedikit lebih kecil dari jam sebelumnya. Laju sekresi terus menurun dengan meningkatnya tekanan sampai tercapainya suatu keseimbangannya, dan apabila susu itu tidak diperah serta tekanannya meningkat melebihi 40 mm Hg, akan terjadilah penyerapan kembali (reabsorbsi) susu.

Jadi, pada saat diperah, air susu itu telah disintesis sebelumnya dan telah ditampung di dalam ambing. Empat puluh persen air susu ditampung di dalam sistem saluran besar dan sisterna sedangkan 60% yang lainnya ditampung di dalam sistem saluran kecil dari alveolus.

a.  Pelepasan Air Susu

Susu yang ada di ambing dan siap dilepaskan secara alamiah jumlahnya hanya sedikit. Susu itu adalah susu yang sudah berada di dalam sisterna ambing. Sebagian besar susu lainnya tersimpan di dalam alveolus dan duktus kecil yang tidak akan mungkin mengalir dengan sendirinya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu mekanisme agar susu itu bergerak masuk ke dalam duktus besar dan sisterna. Proses sentakan air susu keluar dari alveolus dan duktus-duktus kecil disebut proses pelepasan air susu (milk let down). Tanpa adanya pelepasan air susu tersebut, hanyalah sekitar 1 kg susu dalam tiap kuartir yang dapat diperoleh dengan pemerahan. Pelepasan itu adalah suatu refleks saraf yang dihasilkan oleh berbagai rangsangan. Rangsangan  itu dapat berupa hisapan pedet atas puting induknya, berbagai manipulasi terhadap puting pada saat mencuci atau memerah, rangsangan penglihatan dan pendengaran, serta rangsangan sensoris lainnya yang menarik yang berkaitan dengan pemerahan. (Lihat gambar di bawah berikut, pencurahan air susu disebabkan oleh bermacam-macam rangsangan yang mendorong air susu keluar dari tempatnya di dalam ambing).

Gambar Proses pencurahan air susu

Rangsangan seperti itu menyebabkan terlepasnya hormon oksitosin dari lobus posterior kelenjar pituitary dan masuk ke dalam aliran darah. Oksitosin mencapai ambing dalam beberapa detik dan menyebabkan timbulnya kontraksi jaringan alveolus dan saluran-saluran kecil sehingga mendorong susu memasuki sistem saluran yang lebih besar. Setelah terjadi pelepasan air susu, tekanan mamae meningkat lebih dari 25% oleh mekanisme sentakan tersebut. Karena pelepasan air susu hanya berlangsung selama 6 sampai 8 menit, maka pemerahan harus selesai dalam masa pelepasan itu, agar supaya dapat diperoleh hasil yang maksimum.

b.  Hambatan Terhadap Pelepasan Susu

Apabila seekor sapi sedang ketakutan, terkejut, sakit atau disakiti, maka proses pelepasan susu tidak terjadi. Hambatan ini disebabkan oleh dilepaskannya epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal. Hormon epinefrin akan menghadang kerja oksitosin dan peristiwa itu berlangsung selama 20 sampai 30 menit.

c.  Susu Sisa (Residual Milk)

Dalam keadaan normal dan keadaan pemerahan yang wajar, susu tidak seluruhnya dapat dikeluarkan. Susu yang tidak dapat keluar ini yang disebut susu sisa atau residual milk, dengan pemerahan normal dapat diperoleh melalui penyuntikan oksitosin. Susu sisa jumlahnya bervariasi tetapi umumnya sekitar 20% dari seluruh jumlah susu yang dihasilkan.

d. Proses Pemerahan

Setelah terjadinya pelepasan air susu, susu yang bertekanan berada di dalam saluran besar dan sisterna, tetapi susu itu tercegah untuk tidak mengalir melalui saluran "streak" oleh adanya otot "sfingter" yang tidak mengalami relaksasi pada saat pelepasan. Dalam proses pemerahan, harus digunakan suatu cara guna mendorong pembukaan saluran "streak" sehingga memungkinkan susu mengalir dari puting. Dalam pemerahan dengan tangan, pintu antara sisterna kelenjar dan sisterna puting ditutup dengan meremas puting antara telunjuk dan ibu jari. Air susu yang terperangkap di dalam sisterna puting kemudian didorong ke bawah melalui saluran "streak" dengan menekan puting menggunakan telapak tangan dan jari-jari.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Konversi Ransum pada Itik Petelur Mojosari

Daging dan Wool (Serat atau Bulu) Domba