Fisiologi dalam Pemuliabiakan Ternak Unggas

Pubertas atau Masak Kelamin


Dewasa kelamin pada ayam dicapai pada umur sekitar 22 sampai 26 minggu. Rasio jantan terhadap betina, dalam sistem perkawinan alami, untuk ayam adalah 1 berbanding 12. 10 sampai 14 hari harus disediakan untuk menyakinkan terjadinya fertilisasi maksimum yang diharapkan terjadi dalam kelompok perkawinan masal. Hal ini memungkinkan pejantan untuk mengawini seluruh betina sekurang-kurangnya dua atau tiga kali.

Pembentukan Telur

Ovari ayam petelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikroskopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkan pada ovari.

Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengandung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat di mana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur.

Yolk kemudian diterima oleh infundibulum. Kadang-kadang sebutir yolk akan jatuh ke dalam rongga badan dan kemudian diabsorbsi kembali. Yolk akan masuk ke dalam infundibulum langsung menuju ke magnum, bagian yang terpanjang dari oviduk. Di tempat ini albumen (putih telur) diskeresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning telur dengan suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke bagian yang paling bawah oviduk. Membran cangkang ditambahkan ke dalam isthmus. Dua membran yaitu membran dalam dan membran luar, dibentuk di tempat ini. Dalam keadaan normal masing-masing membran saling menempel, kecuali pada satu tempat di mana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga udara.

Telur berada di dalam uterus (kelenjar cangkang) dala periode waktu yang paling lama. Cangkang telur dibentuk di sini. Ini merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu sekitar 20 jam. Cangkang tersusun hampir seluruhnya oleh timbunan kalsium karbonat dalam suatu matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir atau penutup cangkang dikenal sebagai kitikel (cuticle), suatu material organik organik yang melindungi telur dari serangan bakteri yang berbahaya dan berperan sebagai pelindung telur untuk mengurangi penguapan air.

Sumber utama kalsium karbonat pada pembentukan cangkang adalah ion bikarbonat dalam darah. Bikarbonat dibentuk dalam pencampuran karbondioksida dan air dengan bantuan enzim karbonik-anhi-drase. Tatkala seekor ayam betina terengah-engah karena udara yang panas, ayam itu sebenarnya meningkatkan penguapan air melalui saluran pernafasan. Hal ini menyebabkan berkurangnya karbondioksida dan ion bikarbonat dalam dalah. Keadaan inilah yang diduga menjadi alasan mengapa muncul telur-telur yang bercangkang tipis yang dihasikan pada saat cuaca yang sangat panas.

Fertilisasi dan Perkembangan

Sperma unggas dapat mempertahankan kemampuan untuk membuahi dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan sperma mamalia. Sperma ayam telah diketahui dapat hidup selama 32 hari setelah inseminasi, tetapi inseminasi setiap minggu tetap dibutuhkan untuk menjamin fertilitas yang tinggi. Sperma yang masuk setetlah perkawinan disimpan pada lupatan-lipatan alami yang ada di dalam oviduk ayam betina. Lipatan-lipatan tersebut kadang-kadang berperan sebagai sangkar sperma. Begitu kuning telur memasuki infundibulum, dinding oviduk direnggangkan dan dilepaskanlah sperma untuk membuahi telur itu. Pembuahan ini terjadi di  bagian germinal disc pada kuning telur.

Pada peristiwa pembuahan, embrio mulai berkembang dari keliling germinal disc yang nampak jelas. Daerah ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata telanjang bila telur dipecahkan. Dalam 48 jam, embrio anak ayam telah memiliki suatu tipe sirkulasi darah yang berliku-liku di dalam tubuhnya dan hidupnya ditopang oleh kuning telur. Karena tidak memiliki plasenta seperti spesies lainnya yang telah dibahas pada postingan-postingan lain sebelumnya, embrio unggas akan tergantung kepada jaringan pembuluh darah yang berliku-liku tersebut untuk berlangsungnya fungsi-fungsi yang penting yaitu membawa zat-zat makanan dan mengeluarkan produk buangan.

Gambar ilustrasi diagramatis embryo ayam umur 10 hari, menunjukan beberapa membran yang penting.
Pada gambar diatas, pada akhir hari ketiga, embrio telah memiliki membran-membran yang sempurna yang dikenal sebagai allantois, chorion dan amnion. Allantois, yang pada mulanya berperan untuk menampung produk buangan akhirnya bergabung dengan chorion untuk membentuk chorio-allantois. Bagian utama membran gabungan ini berhubungan erat dengan cangkang.

Membran ini berperan sebagai organ pernafasan bagi embrio yang sedang berkembang sampai saat paru menggantikan fungsinya sekitar 24 jam setelah menetas. Pada akhir periode sepertiga yang pertama periode inkubasi, garis bentuk embrio mulai dapat dikenali dengan sempurna. Juga pada saat itu, sebagian besar sistem internal utama, seperti paru, saraf, otot dan sistem sensor berkembang. Jenis kelamin anak ayam dapat diketahui paling awal pada hari kelima inkubasi. Pada pertengahan periode inkubasi, embrio kebanyakan spesies unggas telah sempurna tertutup dengan bulu halus (bulu pertama)

Sebagaimana halnya dengan spesies lainnya yang dibahas pada postingan ini, embrio sebagiannya mengapung dalam cairan pada rongga amnion. Hal ini penting guna melindungi embrio yang sedang berkembang itu dan memungkinkan embrio bergerak bebas. Pergerakan bebas ini penting terutama pada embrio anak ayam dan masih harus terjadi sampai 3 atau 4 hari terakhir masa penetasan. Kalau tidak, dapat terjadi cacat yang membahayakan kehidupan anak ayam yang akan menetas.

Telur haru diputar beberapa kali setiap hari dalam inkubator untuk melindungi embrio dari penempelan pada membran chorioallantois. Pada kondisi alami, induk ayam menggeser telur beberapa kali tiap hari karena naluri. Cangkang dan membran juga memberikan perlindungan lebih lanjut pada embrio yang sedang berkembang dari mikroorganisme yang berbahaya atau jamur. Perlindungan tambahan lebih lanjut diberikan oleh kerja bakteriostatistik albumen.

Malposisi atau kelainan letak embrio unggas belum mendapat banyak perhatian, tetapi ada suatu posisi alami tertentu bagi unggas. Pada sekitar pertengahan periode inkubasi, embrio mengambil posisi yang normal, yang terletak di sisi sebelah kiri sepanjang sumbu panjang telur. kepala terlipat di bawah sayap kanan menghadap ujung tumpul telur. Beberapa posisi lainnya dianggap merupakan kelainan dari posisi normal.

Oviposisi (Pengeluaran Telur)

Dalam keadaan normal telur dibentuk bagian tumpulnya terlebih dahulu, begitu telur tersebut bergerak ke oviduk. Hal yang cukup mengherankan bahwa jika induk ayam tidak diganggu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dahulu. Hal ini tidak diketahui sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horizontal (tidak ujung ke ujung) 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi sekitar 30 menit setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Interval waktu ovulasi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 74 menit. Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan berurutan dalam suatu clutch adalah 27 jam.

Clutch

Clutch adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk ayam dalam hari-hari yang berurutan. Suatu siklus clutch berakhir pada suatu hari tertentu di mana tidak ada telur yang dikeluarkan.Ayam petelur yang jelek hanya memiliki siklus satu atau dua telur, sedangkan petelur yang baik dapat mencapai 200 butir atau lebih. Nampaknya, clutch berada di bawah pengaruh sekresi hormon, hingga menimbulkan yang menyebabkan timbulnya variasi tersebut.

Posisi sebutir telur pada suatu clutch mempengaruhi beratnya telur itu. Dalam keadaan normal, telur pertama pada suatu clutch adalah yang terberat. Perbedaan berat itu hanya sedikit sekali dalam hal induk yang clutch-nya sangat panjang. Berat telur kisarannya menjadi luas pada induk dengan suatu siklus yang lebih pendek.

Seperti telah disebutkan sebelum, ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur pendahulunya keluar. Namun, jika sebutir telur keluar setelah jam 2 sore, ovulasi berikutnya biasanya tidak akan terjadi dalam 16 sampai 18 jam. Hal ini mengakibatkan tidak ada telur yang dikeluarkan. Ini merupakan akhir dari suatu siklus. Mengapa dan bagaimana hal ini terjadi, tidak diketahui dengan jelas. Diduga hal ini berhubungan dengan saat menyongsong senja hari, yang menyebabkan tertundanya ovulasi dan mengakibatkan berakhirnya suatu clutch. Keadaan gelap mungkin mempunyai pengaruh terhadap pelepasan luiteinizing hormone, yang menyebabkan terjadinya ovulasi.

Telur yang Sempurna

Irisan melintang yang menunjukkan bagian-bagian sebutir telur segar
Pada gambar di atas menunjukkan bagian-bagian dari sebutir telur. Komponen-komponen utama dari sebutir tekur adalah titik benih (blastoderm), kuning telur, putih telur, membran cangkang dan cangkang. Titik benih bersama dengan kuning telur merupakan bagian kehidupan nonfertil dari telur. Perhatikan lapisan-lapisan terang dan gelap dari lingkaran-lingkaran kuning telur dan germinal disc yang terapung di bagian atas. Jika telur dibuahi, daerah ini disebut blastoderm (yang menjadi sedikit lebih besar daripada germinal disc) dan menunjukkan adanya perkembangan embrio.

Putih telur memiliki dua tali yang melingkar tersusun dari albumen yang memanjang dari setiap ujung kuning telur. Tali tersebut disebut chalazae, terbentuk sebagai akibat rotasi albumen mengelilingi kuning telur selama proses pengeluaran telur. Membran cangkang bagian luar dan bagian dalam melindungi telur secara mekanis dengan menyediakan suatu tempat yang kuat, tahan lama dan saling menempel kecuali pada ujung tumpul di mana kedua membran tersebut berpisah untuk membentuk rongga udara. Cangkang atau kerabang menyelimuti seluruh isi telur dengan suatu permukaan luar yang tipis tetapi kuat.

Telur yang sempurna adalah juga sangat stabil, tahan terhadap pembusukan karena ketahanan cangkang terhadap penetrasi oleh mikroorganisme. Kutikel yang menyelimuti cangkang telur menambah dimensi lain dalam hal perlindungan dengan mengisi pori-pori cangkang guna dilindungi, terutama oleh suatu protein anti mikrobia, yaitu lysozyme, yang terdapat pada putih telur dan membantu memperlambat kerusakan.

Telur merupakan salah satu keajaiban besar di dalam alam. Telur merupakan salah satu makanan yang hampir sempurna karena telur merupakan suatu bahan yang lengkap mengandung kebutuhan untuk kelangsungan hidup embrio unggas.

Sifat Mengeram

Di bawah pengaruh hormon prolaktin dari pituitari anterior, ayam menghabiskan begitu banyak waktu dengan duduk di atas sarang dan menetaskan serta mengasuh anak-anaknya. Bila naluri keibuan ini demikian kuat sehingga induk ayam terus menerus duduk di atas sarang, hal ini dianggap sebagai suatu sifat yang tidak disukai. Seekor induk yang sedang mengeram adalah seekor ayam yang mengkerutkan bulunya, mematuk siapa saja yang menggangu serta duduk di atas sarang terus menerus.

Sifat mengeram dianggap suatu yang merugikan pada produksi unggas karena sementara induk itu sedang mengeram, induk itu tidak menghasilkan telur. Sifat mengeram adalah suatu sifat yang menurun. Suatu cara praktis menghentikan induk-induk yang mengeram, berdasarkan pengalaman pada suatu skala kecil adalah mengurung induk ayam pada suatu kandang lantai kawat dengan memberikan ventilasi yang baik.

Molting (Rontok Bulu)

Akhir masa bertelur ditandai oleh molting, yaitu keadaan rontok bulu tahunan dan tumbuhnya bulu-bulu baru. Rontok bulu yang umum terjadi meliputi bulu-bulu ekor sayap. Molting berhubungan dengan reproduksi, dimana ovari tetap aktif sampai tiba waktunya molting. Pada betina, pergantian bulu ini merupakan tanda akhir dari produksi telur untuk musim itu. Molting pada jantan tidak terjadi semuanya pada satu waktu tertentu, seperti yang terjadi pada betina. Ayam jantan secara kontinyu merontokkan sejumlah bulu-bulunya, sedangkan aktivitas seksual-nya tidak berkurang seperti yang terjadi pada betina.

Respon Terhadap Cahaya

Semua spesies unggas memberikan respon terhadap reaksi terang dan gelap. Cahaya alami dan tiruan keduanya merangsang proses reproduksi unggas. Rasio periode terang dan gelap serta tingkat perubahan cahaya mempengaruhi waktu oviposisi. Unggas liar dalam keadaan normal mulai membangun sarang, kawin dan bertelur selama awal musim semi karena adanya periode cahaya yang panjang. Peneluran akan berhenti selama musim gugur dengan berkurangnya cahaya, Ini adalah pertanda alami untuk perkawinan.

Unggas piaraan memberikan respon terhadap cahaya dengan cara yang sama juga. Melalui kontrol manusia terhadap lingkungan, sistem reproduksi unggas dapat dimanipulasi agar terjadi proses peneluran pada setiap musim sepanjang tahun. Cahaya merangsang melepaskan dan meningkatkan suplai FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi.

Apabila peneluran dimulai pada umur yang terlalu awal, melalui peningkatan cahaya dengan tingkat intensitas sangat tinggi atau siang hari yang terlalu panjang, telur akan berukuran kecil. Apabila peneluran ditunda sampai umur yang lebih tua, telur umumnya lebih besar. Karena ayam dara dipelihara sepanjang tahun, maka penting untuk dapat mengatur cahaya sehingga ayam dara tersebut memulai peneluran pada periode perkembangannya yang sesuai dan dengan demikian ukuran telur yang dihasilkan juga sesuai dengan permintaan pasar.

Pentingnya peran cahaya pada produksi unggas telah melahirkan perencanaan-perencanaan tata laksana dengan mengandangkan unggas sepanjang tahun sehingga cahaya, temperatur, kelembaban dan faktor lainnya dapat dikontrol. Mengandangkan ayam petelur adalh suatu keharusan dalam peternakan unggas modern saat ini. Hal ini memungkinkan para peternak dapat mengontrol pencahayaan sepenuhnya sebab hal ini sangat penting.

Contoh-contoh berikut ini akan menjelaskan beberapa sistem pencahayaan kandang unggas yang digunakan saat ini:

1.  Sistem Step-Down, Step-Up

Suatu sistem perkandangan yang kedap cahaya tidaklah penting pada sistem ini. Ayam-ayam dara yang beranjak dewasa pada saat lamanya suang hari bertambah, cukup hanya disediakan cahaya tiruan sehingga cahaya dapat dikurangi 1 jam atau kurang setiap 2 minggu samapi ayam dara itu mencapai umur 22 minggu. Pada saat itu cahaya ditambah lagi dengan cara yang sama hingga mencapai 14 sampai 16 jam.

2.  Modifikasi Sistem Step-Down, Step-Up

Kandang yang kedap cahaya dibutuhkan pada kasus ini. 20 jam cahaya adalah titik awal untuk anak-anak ayam. Cahaya dikurangi 45 menit setiap minggu sampai mencapai umur 12 minggu, kemudian cahaya dikurangi menjadi 7 jam sehari sampai umur 21 sampai 22 minggu. Pada saat itu, cahaya diberikan 12 sampai 13 jam per hari dan dinaikkan 1 jam setiap bulan sampai dicapai pemberian cahaya 16 jam.

3.  Sistem Pencahayaan Tetap

Kandang yang kedap cahaya dibutuhkan pada kasus ini, dimulai dengan 14 jam pemberian cahaya dan dipertahankan pada level ini sampai anak-anak ayam mencapai umur 12 sampai 14 minggu. Pemberian cahaya dikurangi menjadi 9 jam sehari dan dipertahankan sampai umur 20 minggu. Pada umur 20 minggu, pemberian cahaya ditingkatkan menjadi 14 sampai 16 jam dan dipertahankan tetap.

4.  Sistem Auburn

Sistem ini juga merupakan suatu sistem pemberian cahaya tetap yang membutuhkan suatu kandang yang kedap cahaya. Sistem ini dikembangkan oleh Auburn University. Anak-anak ayam dipelihara pada pemberian cahaya 6 sampai 8 jam dari saat menetas sampai umur 20 minggu. Kemudian pemberian cahaya secara bertahap ditingkatkan 18 menit perminggu sampai tingkat cahaya 16 jam dijapai. Kemudian tingkat cahaya ini dipertahankan.

Meskipun sistem pemberian cahaya tersebut bukanlah merupakan keseluruhan sistem tatalaksana pemberian cahaya yang digunakan saat ini, keempat contoh ini akan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai manipulasi pemberian cahaya oleh manusia untuk merangsang produksi karena telur dibutuhkan untuk pemasaran sepanjang tahun.

Induk-induk ayam yang sedang bertelur janganlah dikenakan pengurangan-pengurangan pemberian cahaya. Hal ini mudah dilakukan pada kandang yang kedap cahaya. Bila induk-induk ayam bertelur pada sistem pemberian cahaya alami pada kandang yang tidak kedap cahaya, pemberian cahaya dapat ditingkatkan untuk mempertahankan pemberian cahaya ini adalah bahwa pengurangan tingkat pemberian cahaya akan menurunkan produksi telur.

Ayam tidak memberikan respon kepada panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda. Bola lampu pijar biasa sangat umum digunakan dan bekerjanya cukup baik. Namun demikian, cahaya oranye dan merah umumnya dianggap paling efektif. Cahaya yang menghasilkan kekuatan 0,5 sampai 0,9 oot candle dianggap sebagai tingkat pencahayaan efektif yang paling efisien. Level ini harus dicapai pada titik tergelap pemberian cahaya untuk ayam, biasanya pada bagian pojok kandang. Cahaya yang berlebihan atau cahaya yang sangat terang tidak ada gunanya dan secara ekonomi tidak menguntungkan.

Pemberian cahaya dengan cara kuat (flash) setiap jam, (bukannya secara terus menerus 13 sampai 14 jam dengan kontinyu), juga terbukti menguntungkan. Pemberian cahaya dengan cahaya kuat setiap jam selama periode 24 jam akan mendekati sistem rutin dalam hal keefektifannya, tetapi tidak terbukti lebih menguntungkan dibandingkan pemberian cahaya normal 14 sampai 16 jam, yang diikuti oleh suatu periode istirahat gelap.

Sebagai contoh pengaturan fisik untuk menghasilkan pencahayaan yang diinginkan, bagi induk-induk ayam pada litter yang bersih, gunakan sebuah bola lampu 60 watt dengan sebuah reflektor kubah 2 meter di atas lantai untuk setiap 200 kaki persegi luasan lantai. Cara ini akan menggunakan bola lampu 4 meter jauhnya dari sisi lebar dan panjang kandang. Pada sangkar, bola lampu 40 watt, 2 meter jauhnya, 7 meter di atas ayam akan mampu menyediakan cahaya yang cukup.

Comments

Popular posts from this blog

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Seleksi Tandem, Independent Culling Level dan Indeks Seleksi

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Domestikasi dan Bangsa-bangsa Kelinci

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Pemuliabiakan dan Seleksi Pejantan Sapi Perah

Seleksi Pada Ternak Domba

Anatomi Tubuh Pada Ayam