Kebutuhan Gizi (Nutrien) Pada Ternak Babi
Babi seperti halnya spesies hewan yang lain, membutuhkan 6 nutrien esensial. Kebutuhan gizi / nutrien pada ternak babi pada umumnya sama seperti kebutuhan gizi / nutrien ternak sapi pedaging, seperti yang telah dibahas pada postingan sebelumnya berjudul Pemberian Pakan Pada Sapi Pedaging. Komponen-komponen gizi tersebut adalah air, protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Fungsi masing-masing bagi tubuh babi, pada dasarnya sama saja seperti ternak sapi. Babi membutuhkan jenis-jenis nutrien dari bahan-bahan pakan yang berbeda. Seringkali perbandingna serta kuantitasnya berbeda juga dibandingkan sapi.
Karena termasuk hewan berlambung tunggal dan tidak memiliki rumen maka babi tidak memperoleh keuntungan dari pencernaan mikro organisme yang meliputi pembentukan protein berkualitas tinggi, pembentukan vitamin B, serta pemanfaatan pakan tersebut. Oleh karena itu, jumlah bahan pakan berserat di dalam ransum babi haruslah tidak lebih dari 5%, dan kualitasnya pun harus bagus misalnya tepung daun alfalfa, legum, atau tanaman biji sereal.
Hijauan di dalam ransum berperan sebagai sumber vitamin, sebagai bahan pengisi lambung (bulk) dan dapat pula bersifat laksatif. Protein dalam ransum babi haruslah berkualitas tinggi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan asam amino (unsur penyusun protein) dalam jumlah dan proporsi yang memadai agar pembentukan protein pada tubuh babi itu berjalan baik. Oleh karena itu kadar asam amino di dalam bahan pakan adalah hal yang penting. Perlunya penambahan vitamin B ke dalam ransum adalah karena saluran pencernaan babi tidak mampu mensintesis vitamin tersebut sejumlah yang dibutuhkan.
Kualitas protein dicerminkan oleh kandungan asam aminonya semakin banyak dan beragam, semakin tinggilah kualitasnya. Terdapat 10 macam asam amino yang tergolong esensial untuk mendukung pertumbuhan normal. Asam-asam amino yang dimaksud itu adalah arginin, histidin, isoleusin, leusi, lisin, metionin, fenilalanin, threonin, triptofan dan valin.
Energi total suatu bahan pakan (energi bruto) tidak seharusnya siap untuk dimanfaatkan atau dengan istilah lain, tidak seluruhnya tersedia. Setelah hilangnya energi melalui feses, gas-gas pembakaran, urin, dan panas yang dihasilkan atau tenaga dikurangkan dari energi bruto, dihasilkan energi netto. Ukuran energi netto ini sering digunakan sebagai ganti TDN sebagai suatu ukuran atau pendekatan yang lebih akurat.
Energi metabolisme atau energi tersedia dapat pula dianggap sebagai ukuran yang lebih baik untuk mendasari perhitungan. Heat Increment atau kerja pencernaan menghasilkan panas untuk tetap mempertahankan kehangatan tubuh. Hal ini penting manakala suhu udara sedang rendah, oleh karena itulah maka nilai serta kebutuhan akan energi metabolis dapat digunakan sebagai ukuran yang akurat untuk perhitungan energi. Namun demikian, karena angka TDN telah umum dikenal dan banyak digunakan, TDN nampaknya akan tetap populer digunakan sebagai dasar perhitungan angka-angka energi netto atau energi metabolis.
Yodium (I) dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, kebuntingan dan laktasi. Bila terjadi defisiensi akan timbullah gejala goiter (gondok) yaitu terjadinya pembengkakan di daerah leher karena membesarnya kelenjar tiroid, serta rontoknya rambut. Yodium (I) dimanfaatkan oleh kelenjar tiroid guna membentuk hormon tiroksin yang berguna antara lain untuk mengatur suhu badan. Garam yodium (I) yang stabil yang mengandung 0,007% yodium yang ditambahkan ke dalam ransum sebanyak 0,5%, atau disediakan sebagai pilihan bebas, dapat berguna untuk mencegah timbulnya gejala.
Zat besi (Fe) dan tembaga (Cu) dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan untuk pencegahan gejala anemia yang bersifat nutrisional. Gejala anemia sering muncul pada ternak babi yang diperkirakan dalam dry lot pada periode menyusui. Hemoglobin yang tidak mampu mengangkut oksigen dalam aliran darah akan merangsang jantung untuk mempercepat denyutnya hingga memberikan kompensasi berupa peningkatan aliran darah. Hal ini berakibat pada suara jantung yang terkenal dengan istilah baby pig thump. Usaha pencegahan anemia yang paling efektif di samping pemberian suplemen zat besi dan tembaga, adalah penyuntikan zat besi dekstran pada anak babi pada umur 3 dan 21 hari. Dosis yang dianjurkan untuk tiap ekor adalah 100 mg pada penyuntikan pertama dan 50 mg pada penyuntikan kedua.
Defisiensi magnesium (Mg) pada babi mengakibatkan kelemahan pada sendi kaki (pasterna) badan tak terkontrol, gemetaran, tetani dan mati. Magnesium (Mg) dibutuhkan untuk pengontrolan otot yang normal, kontraksi, serta keseimbangan. Ransum pada umumnya telah cukup mengandung magnesium (Mg) sehingga defisiensi magnesium (Mg) sangat jarang dijumpai.
Gejala defisiensi mangan (Mn) pada babi adalah meningkatnya deposisi lemak, sedangkan pada babi muda nanpak tanda-tanda lemak dan keseimbangan yang terganggu. Gejala defisiensi mangan (Mn) dapat diperlihatkan dengan menggunakan ransum yang secara eksperimental disusun dengan kadar mangan (Mn) yang sangat rendah. Kadar optimum untuk pertumbuhan adalah 40 mg per kg ransum, sehingga ransum yang umum diberikan biasanya telah cukup mengandung mangan (Mn).
Fosfor (P) dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan kerangka. gejala defisiensi yang paling lazim adalah lemahnya kaki dan retaknya tulang kaki. Sumber kalsium (Ca) yang umum adal tepung tulang dan senyawa dikalsium fosfat (P).
Garam dapur (NaCl) adalah mineral yang paling umum dibutuhkan. Kebutuhan minimum untuk babi adalah 0,2% dari ransumnya, tetapi secara praktis jumlahnya dapat dinaikkan sampai 0,5%. Level ini hendaknya tidak dilampaui karena babi dapat mengalami gangguan yang disebut sindrom keracunan garam (salt poisoning syndrome). Sebaliknya defisiensi garam dapat menyebabkan tertekannya nafsu makan serta menyebabkan pertumbuhan yang terhambat.
Seng (Zn) dibutuhkan untuk kesehatan kulit, pertumbuhan, serta konversi pakan yang memadai. Suatu keadaan yang disebut dermatosis atau parakeratosis (rontoknya kulit) dapat disembuhkan atau dicegah dengan menambah Seng (Zn) di dalam ransumnya. Fungsi Seng (Zn) itu sendiri tidak jelas, tetapi telah diketahui bahwa kadar kalsium (Ca) yang tinggi atau mungkin juga fosfor (P) yang dapat menimbulkan gejala parakeratosis, memerlukan juga kadar Seng (Zn) yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara mineral-mineral tersebut. Dianjurkan dengan kadar 50 mg Seng (Zn) untuk tiap kg pakan. Angka ini telah cukup aman meski kadar kalsium (Ca) dan fosfor (P) nya tinggi melampaui batas normal. Tingkat Seng (Zn) yang lebih tinggi masih dianggap aman juga sampai setinggi 800 mg per kg pakan tanpa menimbulkan pengaruh keracunan.
Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan normal serta perkembangan tulang. Babi yang memperoleh sinar matahari langsung yang mengubah 7 dehidrokolesterol menjadi vitamin D pada kulit, sering mengalami masalah. Tetapi bila babi yang pemeliharaannya terkurung tanpa atau sedikit sekali memperoleh sinar matahari langsung juga dapat mengalami defisiensi. Bahan-bahan pakan hijauan yang pengeringannya menggunakan sinar matahari seperti alfalfa, dapat dimanfaatkan bersama-sama dengan bahan sintesis sumber vitamin D.
Vitamin E atau disebut tokoferol telah diketahui mempunyai peran esensial dalam fungsi reproduksi yang normal. Namun demikian, jumlah kebutuhannya tidak diketahui dengan tepat, sehingga pemberian suplementasi vitamin E ke dalam ransum merupakan suatu tanda tanya. Ransum-ransum yang lazim diberikan kepada babi, biasanya telah cukup mengandung vitamin E.
Vitamin K dibutuhkan terutama untuk fungsi pembekuan darah yang normal apabila bagian tubuh terpotong atau terluka. Nampaknya mikroorganisme mensintesis vitamin ini dalam jumlah cukup di dalam usus untuk memenuhi kebutuhan harian, sehingga tidak dibutuhkan penambahannya di dalam ransum.
Vitamin B₇ (Biotin), Biotin meskipun diketahui dibutuhkan oleh babi belum dapat dibuktikan perlunya suplementasi di dalam ransum. Keadaan defisiensi biotin dapat diperlihatkan dengan cara eksperimental yang memberikan kepada babi bahan pakan berupa putih telur yang dikeringkan. Di dalam putih telur terdapat zat avidin yang dapat menimbulkan gejala defisiensi dengan tanda-tanda utama rontoknya bulu, retak-retak pada kaki dan dematosis pada kulit. Zat avidin dapat dinonaktifkan dengan cara pemanasan hingga kemudian dapat diberikan dengan aman kepada babi.
Vitamin B₈ (Inositol), Kholin, inositol, para-aminobenzoic acid serta pteroylglutamic (folic acid) adalah merupakan vitamin-vitamin yang perannya kecil dalam ransum babi dan diperkirakan ransum babi yang umum diberikan tidak kekurangan jenis-jenis vitamin tersebut.
Vitamin B₃ (Niasin), Niacin diperlukan agar kulit dan rambut tumbuh normal. Defisiensi niacin dapat mengakibatkan laju petumbuhan yang lambat, kadang-kadang muntah, memperlihatkan gejala pellagra kulit (semacam luka pada kulit), gangguan pencernaan serta saraf, Di samping itu, dapat juga terjadi gangguan dalam proses saraf. Di samping itu, dapat juga terjadi gangguan dalam proses reproduksi. bahan-bahan alami yang merupakan sumber niacin adalah tepung daun alfalfa dan tepung ikan.
Vitamin B₅ (Asam Pantotenat), Asam pantotenat dibutuhkan untuk fungsi-fungsi saraf dan oto. Gejala-gejala defisiensi yang paling nyata adalah sikap berdiri atau berjalan yang disebut classic goose stepping gait. Babi berjalan dengan gerakan yang tidak terkoordinasi dan kaki belakang menyepak ke atas karena adanya gangguan fungsi saraf. Produk ragi bir, whey kering serta tepung daun alfalfa merupakan bahan-bahan yang kaya kandungannya akan asam pantotenat.
Vitamin B₆ (Piridoksin), Piridoksin dibutuhkan oleh babi untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Defisiensi yang timbul biasanya ditunjukkan dengan adanya konvulsi atau keadaan yang menyerupai epilepsi, disamping pertumbuhan yang terhambat. Meski tidak terlalu umum timbul defisiensi piridoksin jumlah kebutuhannya belum diketahui dengan pasti. Sumber-sumber piridoksin yang utama adalah ragi bir serta tepung ikan yang digunakan untuk suplementasi ransum.
Vitamin B₂ (Riboflavin), Riboflavin adalah suatu vitamin yang penting yang dibutuhkan untuk fungsi-fungsi pertumbuhan dan reproduksi. Defisiensi di dalam ransum menimbulkan gejala retak-retak pada kaki. Gejala yang lain meliputi pertumbuhan lambat, kelumpuhan, diare, anemia, serta reproduksi yang mengalami gangguan. Produk-produk susu seperti susu skim (kering) dapat merupakan sumber yang bagus untuk mengatasi defisiensi.
Vitamin B₁ (Thiamin), Thiamin dikaitkan dengan pertumbuhan, fungsi jantung, serta penhaturan atau regulasi suhu tubuh. HAsil otopsi menunjukkan bahwa ransum yang defisiensi thiamin menimbulkan keadaan yang disebut jantung yang lembek.
Vitamin B₁₂ (Kobalamin), Vitamin B₁₂ diperlukan untuk pertumbuhan yang normal dan untuk mempertahankan nafsu makan. Gejala defisiensi vitamin B₁₂ adalah munculnya keadaan inkoordinasi dan hiper-iritasi. Mineral kobalt (Co) merupakan bagian penting dari molekul vitamin B₁₂. Sumber-sumber vitamin B₁₂ yang meliputi hasil ikutan pemotongan hewan (meat scrap), produk-produk susu, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ransum yang defisien.
Hendaknya perlu difahami bahwa meskipun tanda-tanda defisiensi itu diketahui dengan jelas, tidaklah semua permasalahan gizi menjadi sedemikian sederhana hingga dapat dicari penyebab tunggalnya. Defisiensi yang sifatnya kompleks dari berbagai unsur gizi esensial akan muncul hingga identifikasi klinis menjadi kurang penting dibandingkan dengan usaha melihat secara cermat komposisi serta imbangan dari ransum itu sendiri.
Hijauan di dalam ransum berperan sebagai sumber vitamin, sebagai bahan pengisi lambung (bulk) dan dapat pula bersifat laksatif. Protein dalam ransum babi haruslah berkualitas tinggi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan asam amino (unsur penyusun protein) dalam jumlah dan proporsi yang memadai agar pembentukan protein pada tubuh babi itu berjalan baik. Oleh karena itu kadar asam amino di dalam bahan pakan adalah hal yang penting. Perlunya penambahan vitamin B ke dalam ransum adalah karena saluran pencernaan babi tidak mampu mensintesis vitamin tersebut sejumlah yang dibutuhkan.
1. Asam Amino dan Protein
Penyajian protein dalam ransum harus memperhatikan kuantitas maupun kualitasnya. campuran atau keragaman sumber protein (seperti tepung kedelai, susu atau daging) dapat memberikan protein berkualitas dalam bentuk suplemen premiks.Kualitas protein dicerminkan oleh kandungan asam aminonya semakin banyak dan beragam, semakin tinggilah kualitasnya. Terdapat 10 macam asam amino yang tergolong esensial untuk mendukung pertumbuhan normal. Asam-asam amino yang dimaksud itu adalah arginin, histidin, isoleusin, leusi, lisin, metionin, fenilalanin, threonin, triptofan dan valin.
2. Lemak
Meskipun ransum-ransum babi pada umumnya telah dianggap cukup mengandung lemak, kadar lemak setinggi 1 sampai 1,5% dapat menjamin cukupnya kebutuhan akan asam-asam lemak. penambahan lemak sampai 20% dapat meningkatkan laju pertumbuhan tetapi seringkali menyebabkan hasil karkas yang terlalu berlemak atau yang disebut 'soft pork'. Permintaan pasaran pada saat sekarang adalah daging babi yang sedikit lemaknya atau disebut 'lean pork', oleh karena itu kadar lemak di dalam pakan jangan lebih dari 5%.3. Karbohidrat, TDN, Energi Neto, Energi Metabolis
Kandungan karbohidrat suatu ransum merupakan komponen utama untuk memenuhi kebutuhan energi. Karena energi dapat juga berasal dari lemak dan bahkan protein, maka imbangan karbohidrat di dalam ransum juga perlu diperhatikan. TDN atau Total Digestible Nutrient digunakan untuk memperkirakan kebutuhan akan energi. Untuk sampai pada angka penentuan untuk TDN, satu-satunya kehilangan nutrien dari energi total yang dikonsumsi oleh seekor hewan adalah kehilangan dalam bentuk pakan yang tak tercerna dalam feses. Meskipun secara kasar dianggap bahwa komponen di luar feses seluruhnya dimanfaatkan oleh hewan, tetapi sebenarnya tidak demikian adanya.Energi total suatu bahan pakan (energi bruto) tidak seharusnya siap untuk dimanfaatkan atau dengan istilah lain, tidak seluruhnya tersedia. Setelah hilangnya energi melalui feses, gas-gas pembakaran, urin, dan panas yang dihasilkan atau tenaga dikurangkan dari energi bruto, dihasilkan energi netto. Ukuran energi netto ini sering digunakan sebagai ganti TDN sebagai suatu ukuran atau pendekatan yang lebih akurat.
Energi metabolisme atau energi tersedia dapat pula dianggap sebagai ukuran yang lebih baik untuk mendasari perhitungan. Heat Increment atau kerja pencernaan menghasilkan panas untuk tetap mempertahankan kehangatan tubuh. Hal ini penting manakala suhu udara sedang rendah, oleh karena itulah maka nilai serta kebutuhan akan energi metabolis dapat digunakan sebagai ukuran yang akurat untuk perhitungan energi. Namun demikian, karena angka TDN telah umum dikenal dan banyak digunakan, TDN nampaknya akan tetap populer digunakan sebagai dasar perhitungan angka-angka energi netto atau energi metabolis.
4. Mineral
Kalsium (Ca) nampaknya merupakan mineral yang paling dibutuhkan oleh babi. Defisiensi kalsium (Ca) pada babi menampilkan pengaruh yang bertahap. Kaki pincang adalah merupakan gejala awal yang dapat dilihat dan kemudian dapat berkembang menjadi kelumpuhan pada kaki belakang. Setelah defisiensi berlansung 3 atau 4 bulan, akan dimulai timbul kelumpuhan. Bahan-bahan sebagai sumber kalsium (Ca) meliputi tepung tulang, kapus, serta tepung atau lulit kerang yang digiling.Yodium (I) dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, kebuntingan dan laktasi. Bila terjadi defisiensi akan timbullah gejala goiter (gondok) yaitu terjadinya pembengkakan di daerah leher karena membesarnya kelenjar tiroid, serta rontoknya rambut. Yodium (I) dimanfaatkan oleh kelenjar tiroid guna membentuk hormon tiroksin yang berguna antara lain untuk mengatur suhu badan. Garam yodium (I) yang stabil yang mengandung 0,007% yodium yang ditambahkan ke dalam ransum sebanyak 0,5%, atau disediakan sebagai pilihan bebas, dapat berguna untuk mencegah timbulnya gejala.
Zat besi (Fe) dan tembaga (Cu) dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan untuk pencegahan gejala anemia yang bersifat nutrisional. Gejala anemia sering muncul pada ternak babi yang diperkirakan dalam dry lot pada periode menyusui. Hemoglobin yang tidak mampu mengangkut oksigen dalam aliran darah akan merangsang jantung untuk mempercepat denyutnya hingga memberikan kompensasi berupa peningkatan aliran darah. Hal ini berakibat pada suara jantung yang terkenal dengan istilah baby pig thump. Usaha pencegahan anemia yang paling efektif di samping pemberian suplemen zat besi dan tembaga, adalah penyuntikan zat besi dekstran pada anak babi pada umur 3 dan 21 hari. Dosis yang dianjurkan untuk tiap ekor adalah 100 mg pada penyuntikan pertama dan 50 mg pada penyuntikan kedua.
Defisiensi magnesium (Mg) pada babi mengakibatkan kelemahan pada sendi kaki (pasterna) badan tak terkontrol, gemetaran, tetani dan mati. Magnesium (Mg) dibutuhkan untuk pengontrolan otot yang normal, kontraksi, serta keseimbangan. Ransum pada umumnya telah cukup mengandung magnesium (Mg) sehingga defisiensi magnesium (Mg) sangat jarang dijumpai.
Gejala defisiensi mangan (Mn) pada babi adalah meningkatnya deposisi lemak, sedangkan pada babi muda nanpak tanda-tanda lemak dan keseimbangan yang terganggu. Gejala defisiensi mangan (Mn) dapat diperlihatkan dengan menggunakan ransum yang secara eksperimental disusun dengan kadar mangan (Mn) yang sangat rendah. Kadar optimum untuk pertumbuhan adalah 40 mg per kg ransum, sehingga ransum yang umum diberikan biasanya telah cukup mengandung mangan (Mn).
Fosfor (P) dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan kerangka. gejala defisiensi yang paling lazim adalah lemahnya kaki dan retaknya tulang kaki. Sumber kalsium (Ca) yang umum adal tepung tulang dan senyawa dikalsium fosfat (P).
Garam dapur (NaCl) adalah mineral yang paling umum dibutuhkan. Kebutuhan minimum untuk babi adalah 0,2% dari ransumnya, tetapi secara praktis jumlahnya dapat dinaikkan sampai 0,5%. Level ini hendaknya tidak dilampaui karena babi dapat mengalami gangguan yang disebut sindrom keracunan garam (salt poisoning syndrome). Sebaliknya defisiensi garam dapat menyebabkan tertekannya nafsu makan serta menyebabkan pertumbuhan yang terhambat.
Seng (Zn) dibutuhkan untuk kesehatan kulit, pertumbuhan, serta konversi pakan yang memadai. Suatu keadaan yang disebut dermatosis atau parakeratosis (rontoknya kulit) dapat disembuhkan atau dicegah dengan menambah Seng (Zn) di dalam ransumnya. Fungsi Seng (Zn) itu sendiri tidak jelas, tetapi telah diketahui bahwa kadar kalsium (Ca) yang tinggi atau mungkin juga fosfor (P) yang dapat menimbulkan gejala parakeratosis, memerlukan juga kadar Seng (Zn) yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara mineral-mineral tersebut. Dianjurkan dengan kadar 50 mg Seng (Zn) untuk tiap kg pakan. Angka ini telah cukup aman meski kadar kalsium (Ca) dan fosfor (P) nya tinggi melampaui batas normal. Tingkat Seng (Zn) yang lebih tinggi masih dianggap aman juga sampai setinggi 800 mg per kg pakan tanpa menimbulkan pengaruh keracunan.
5. Vitamin
Vitamin A dibutuhkan untuk pertumbuhan, mengatasi gangguan persendian serta untuk berfungsi normalnya reproduksi. Bila terjadi defisiensi maka akan timbul inkoordinasi dalam pergerakan, terjadi pembengkakan sendi, serta kebutaan malam karena terjadinya kontruksi pada saraf optik. Induk mengandung yang mengalami defisiensi akan melahirkan anak yang lemah, buta dan mati. Sumber yang baik untuk vitamin A adalah alfalfa serta preparat sintesis, keduanya banyak tersedia.Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan normal serta perkembangan tulang. Babi yang memperoleh sinar matahari langsung yang mengubah 7 dehidrokolesterol menjadi vitamin D pada kulit, sering mengalami masalah. Tetapi bila babi yang pemeliharaannya terkurung tanpa atau sedikit sekali memperoleh sinar matahari langsung juga dapat mengalami defisiensi. Bahan-bahan pakan hijauan yang pengeringannya menggunakan sinar matahari seperti alfalfa, dapat dimanfaatkan bersama-sama dengan bahan sintesis sumber vitamin D.
Vitamin E atau disebut tokoferol telah diketahui mempunyai peran esensial dalam fungsi reproduksi yang normal. Namun demikian, jumlah kebutuhannya tidak diketahui dengan tepat, sehingga pemberian suplementasi vitamin E ke dalam ransum merupakan suatu tanda tanya. Ransum-ransum yang lazim diberikan kepada babi, biasanya telah cukup mengandung vitamin E.
Vitamin K dibutuhkan terutama untuk fungsi pembekuan darah yang normal apabila bagian tubuh terpotong atau terluka. Nampaknya mikroorganisme mensintesis vitamin ini dalam jumlah cukup di dalam usus untuk memenuhi kebutuhan harian, sehingga tidak dibutuhkan penambahannya di dalam ransum.
Vitamin B₇ (Biotin), Biotin meskipun diketahui dibutuhkan oleh babi belum dapat dibuktikan perlunya suplementasi di dalam ransum. Keadaan defisiensi biotin dapat diperlihatkan dengan cara eksperimental yang memberikan kepada babi bahan pakan berupa putih telur yang dikeringkan. Di dalam putih telur terdapat zat avidin yang dapat menimbulkan gejala defisiensi dengan tanda-tanda utama rontoknya bulu, retak-retak pada kaki dan dematosis pada kulit. Zat avidin dapat dinonaktifkan dengan cara pemanasan hingga kemudian dapat diberikan dengan aman kepada babi.
Vitamin B₈ (Inositol), Kholin, inositol, para-aminobenzoic acid serta pteroylglutamic (folic acid) adalah merupakan vitamin-vitamin yang perannya kecil dalam ransum babi dan diperkirakan ransum babi yang umum diberikan tidak kekurangan jenis-jenis vitamin tersebut.
Vitamin B₃ (Niasin), Niacin diperlukan agar kulit dan rambut tumbuh normal. Defisiensi niacin dapat mengakibatkan laju petumbuhan yang lambat, kadang-kadang muntah, memperlihatkan gejala pellagra kulit (semacam luka pada kulit), gangguan pencernaan serta saraf, Di samping itu, dapat juga terjadi gangguan dalam proses saraf. Di samping itu, dapat juga terjadi gangguan dalam proses reproduksi. bahan-bahan alami yang merupakan sumber niacin adalah tepung daun alfalfa dan tepung ikan.
Vitamin B₅ (Asam Pantotenat), Asam pantotenat dibutuhkan untuk fungsi-fungsi saraf dan oto. Gejala-gejala defisiensi yang paling nyata adalah sikap berdiri atau berjalan yang disebut classic goose stepping gait. Babi berjalan dengan gerakan yang tidak terkoordinasi dan kaki belakang menyepak ke atas karena adanya gangguan fungsi saraf. Produk ragi bir, whey kering serta tepung daun alfalfa merupakan bahan-bahan yang kaya kandungannya akan asam pantotenat.
Vitamin B₆ (Piridoksin), Piridoksin dibutuhkan oleh babi untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Defisiensi yang timbul biasanya ditunjukkan dengan adanya konvulsi atau keadaan yang menyerupai epilepsi, disamping pertumbuhan yang terhambat. Meski tidak terlalu umum timbul defisiensi piridoksin jumlah kebutuhannya belum diketahui dengan pasti. Sumber-sumber piridoksin yang utama adalah ragi bir serta tepung ikan yang digunakan untuk suplementasi ransum.
Vitamin B₂ (Riboflavin), Riboflavin adalah suatu vitamin yang penting yang dibutuhkan untuk fungsi-fungsi pertumbuhan dan reproduksi. Defisiensi di dalam ransum menimbulkan gejala retak-retak pada kaki. Gejala yang lain meliputi pertumbuhan lambat, kelumpuhan, diare, anemia, serta reproduksi yang mengalami gangguan. Produk-produk susu seperti susu skim (kering) dapat merupakan sumber yang bagus untuk mengatasi defisiensi.
Vitamin B₁ (Thiamin), Thiamin dikaitkan dengan pertumbuhan, fungsi jantung, serta penhaturan atau regulasi suhu tubuh. HAsil otopsi menunjukkan bahwa ransum yang defisiensi thiamin menimbulkan keadaan yang disebut jantung yang lembek.
Vitamin B₁₂ (Kobalamin), Vitamin B₁₂ diperlukan untuk pertumbuhan yang normal dan untuk mempertahankan nafsu makan. Gejala defisiensi vitamin B₁₂ adalah munculnya keadaan inkoordinasi dan hiper-iritasi. Mineral kobalt (Co) merupakan bagian penting dari molekul vitamin B₁₂. Sumber-sumber vitamin B₁₂ yang meliputi hasil ikutan pemotongan hewan (meat scrap), produk-produk susu, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ransum yang defisien.
Hendaknya perlu difahami bahwa meskipun tanda-tanda defisiensi itu diketahui dengan jelas, tidaklah semua permasalahan gizi menjadi sedemikian sederhana hingga dapat dicari penyebab tunggalnya. Defisiensi yang sifatnya kompleks dari berbagai unsur gizi esensial akan muncul hingga identifikasi klinis menjadi kurang penting dibandingkan dengan usaha melihat secara cermat komposisi serta imbangan dari ransum itu sendiri.
Comments
Post a Comment