Karakteristik dan Tatalaksana Beternak Burung Guinea

Antara tahun 1840 dan 1950 burung Guinea terdapat dalam jumlah besar di peternakan Amerika Serikat, berasal dari para pendatang dari Italia, Spanyol, Portugis, Perancis, Inggris dan Belanda. Burung Guinea populer sejak jaman penjajahan benua Amerika, sampai setelah Perang Dunia II. Burung itu sebagian besar pakannya dapat dicukupi dari lapangan rumput, dapat membesarkan anak-anaknya tanpa memerlukan bantuan, merupakan burung pemakan serangga, selalu dapat kembali sendiri ke kandang, merupakan unggas yang menyenangkan untuk dihidangkan dalam pesta-pesta tertentu dan juga merupakan hewan yang dapat dipakai sebagai penjaga terhadap pencuri. Bila ada predator atau satwa maupun orang asing yang mendekat, burung itu bersuara keras dari atas pohon di tempat burung itu bertengger.


Bertahun-tahun yang lalu, Elbert Hubbard telah menulis tentang burung Guinea sebagai berikut:

"Banyak Petani yang memelihara burung Guinea sebagai penjaga. Apabila ada burung elang, anjing, kucing atau orang asing yang mendekat, burung Guinea akan bersuara keras hingga mengusir hewan-hewan atau manusia tadi. Burung itu biasanya terbang dan hinggap di pagar lalu bersuara keras. Suaranya sangat berbeda dengan burung lainnya dan tidak dapat diuraikan".

Sejarah Burung Guinea

Salah satu peninggalan tertulis yang paling tua tentang burung Guinea adalah yang terdapat di Mesir, berasal dari 3000 tahun yang lalu, yaitu ketika ekspedisi Raja Fir'aun membawa burung itu ke Mesir dari Gurun Sahara.

Para pemukim pertama dari benua Amerika membawanya ke Amerika Serikat bagian timur dan selatan, burung itu menjadi bahan makanan bagi masyarakat yang tergolong miskin. Kemampuan reproduksi burung Guinea serta kecukupan pakannya dari tanaman-tanaman di ladang membuatnya menjadi burung yang populer di daerah pertanian serta perkebunan.

Dalam tahun 1920 sensus yang diadakan di Amerika Serikat melaporkan adanya sejumlah 2,4 juta ekor burung Guinea di daerah-daerah pertanian di Amerika Serikat. Tetapi dengan menghilangnya pertanian skala kecil yang berubah menjadi besar, susutlah populasinya menjadi  hanya sekitar 10% saja pada saat ini. Namun demikian, burung Guinea sangat populer di Perancis yang dikenal debagai burung hari Minggu (Sunday Bird) di negara itu, menggantikan ayam dan kelinci sebagai santapan makan malam pada hari Minggu. Konsumsi burung Guinea di Perancis diperkirakan mencapai 50 juta ekor per tahunnya. Di Amerika Serikat, beberapa peternak komersial menghasilkan burung Guinea sampai sejumlah 5000 ekor bahkan lebih dalam kondisi karkas yang seragam.

Karakteristik Burung Guinea

Burung Guinea merupakan pemakan serangga yang hebat, pemakan tumbuhan, tidak menceker-ceker seperti halnya ayam. Namun demikian sifatnya agak liar, selalu menjaga jarak dengan manusia dan penampilannya masih nampak berada di antara hewan jinak dan hewan liar. Bila dibiarkan lepas, burung Guinea suka bertengger di pohon pada malam hari. Bila suhu udara menurun di bawah 20⁰ F maka kakinya akan membeku. Oleh karena itu bila burung Guinea tidak mencari tempat hangat dan berlindung, burung itu harus dihalau masuk ke dalam bangunan apa saja yang ada alas atau jerami di lantainya untuk kehangatan.

Apabila burung Guinea dibiarkan bebas maka burung itu akan membuat sarang di rerumputan atau semak-semak sampai terkumpul telur sekitar 30 butir, lalu dieraminya selama 26 hari sampai menetas. Induk Guinea yang masih liar menempatkan telurnya di atas tanah atau di atas tanaman yang kering, meski tidak ada usaha untuk membuat sarang tetapi burung Guinea itu akan melawan siapa saja yang akan mengganggu telur itu. kemudian pejantannya juga akan bergabung bersama betina untuk mempertahankan telur tersebut.

Di Perancis, burung Guinea bibit dipelihara di dalam sangkar, sebanyak 4 ekor untuk tiap sangkar dan kesemuanya diinseminasi buatan (IB). Kandangnya tanpa jendela dengan pengontrolan yang ketat dalam hal cahaya, suhu, kelembaban serta ventilasi. Cahaya diredupkan lalu kemudian dinyalakan terang secara bertahap hingga tidak menimbulkan sentakan pada burung yang sedang dalam fase bertelur.

Burung Guinea sangat mudah terkejut dan gampang terbang. Untuk mendapatkan produksi telur maksimum, buurng itu harus berada di lingkungan yang tenang dan tidak gaduh. Burung Guinea betina bertelur selama 36 sampai 40 minggu dan selama masa itu menghasilkan rata-rata 170 butir.

Burung Guinea yang akan dipasarkan, setelah merumput 4 minggu dipelihara di atas lantai, dalam kandang yang gelap agar tetap tenang. Anak burung Guinea yang sering disebut keet mulai diberi ransum dengan kadar protein 24% dengan pemberian cahaya penuh selama 4 minggu. Kemudian cahayanya dikurangi secara bertahap sehingga ruangan itu menjadi hampir gelap terus menerus sepanjang waktu. Cahaya sedikit diberikan beberapa kali pada waktu makan dan minum, yang kemudian secara bertahap dikembalikan ke keadaan gelap lagi. Cara demikian ini dapat menghasilkan burung Guinea yang sangat bagus pada umur pemasaran 10 sampai 12 minggu.

Induk burung Guinea sebenarnya bukanlah induk yang baik sebab ada kecenderungan ingin meninggalkan sarang sebelum seluruh telurnya selesai menetas dan ingin cepat membawa anak-anaknya yang baru saja menetas ke lapangan rumput sebelum embun yang ada mengering. Oleh karena itu lebih baik telur-telur dari induk burung Guinea itu diambil dan menyerahkannya kepada induk ayam agar dierami dan kemudian dibesarkan, atau telur itu dimasukkan ke dalam inkubator untuk ditetaskan lalu dibesarkan dengan menggunakan brooder. Telur-telur yang fertil akan menetas dengan persentase 95 sampai 100%, menetasnya seakan melompat langsung dari dalam cangkang telur. Anak-anak burung Guinea itu aktif dan lincah sejak menetas.

Pemberian Pakan Sampai Dijual

Anak burung Guinea yang baru saja menetas dan berumur sehari yang dipelihara dengan menggunakan brooder perlu diberi pakan dengan kadar protein sebesar 24% selama 4 minggu karena anak burung Guinea (namanya keet) tumbuhnya cepat. Kemudian tingkat protein diturunkan dan berakhir dengan kadar 18%.

Pemberian ransum starter dan grower yang tinggi kadar proteinnya berkaitan dengan kebiasaan makan burung Guinea pada kondisi alami, dalam keadaan liar. Disamping sebagai pemakan rumput hijauan, burung Guinea juga merupakan pemakan daging berupa serangga, sedangkan dalam ransum, bahan-bahan itu diwujudkan sebagai sumber-sumber protein berupa tetelan daging, tepung kedelai serta tepung alfalfa.

Burung Guinea dimanfaatkan oleh para petani buah-buahan untuk melawan lalat buah, kumbang, afid dan gnat yang dengan cara penyemprotan biasa tidak efektif. Burung Guinea yang muda membutuhkan grit untuk membantu pencernaan yaitu menggiling bijian serta serangga di dalam gizzard-nya. Biji-bijian keras dan kasar dikupas agar dapat dicerna dengan cepat. Grit dapat membantu burung Guinea dalam mempercepat pencernaan ransum yang terdiri atas pelet, makanan halus serta bijian.

Burung Guinea dapat juga berperan sebagai hewan penjaga yang bersifat alami. Empat ekor burung Guinea untuk tiap acre kebun kentang, dapat membebaskan kebun itu dari kumbang kentang yang merupakan hama yang penting juga. Petani kecil juga melihatnya sebagai bagian yang penting dari apa yang mereka sebut program kebun organik karena fungsi burung seperti yang disebutkan tadi. Suatu hal lagi yang penting adalah bahwa tidak pernah terdengar adanya penyakit yang pernah menyerang burung Guinea.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Konversi Ransum pada Itik Petelur Mojosari

Daging dan Wool (Serat atau Bulu) Domba