Penyakit-penyakit Pada Sapi Disebabkan oleh Kelainan
Para peternak sapi sejak zaman dahulu pada awal mereka mulai beternak sudah mengenal berbagai macam penyakit dan telah melakukan pula berbagai usaha yang menurut anggapan mereka dapat menyembuhkannya. Didalam hal ini, termasuk cara-cara menggunakan petunjuk perbintangan (astrologi), penggunaan obat gosok, serta praktek pembedahan cara kuno.
Suatu cara penyembuhan yang ada di Amerika adalah apabila seekor sapi menderita penyakit yang mereka sebut 'hollow horn' atau 'hollow tail', mereka lalu memotong tanduk atau menyayat ekor sapi itu dan mengisi celahnya dengan garam. Karena tanduk sapi selalu berongga maka hal itu selalu dapat dilakukan. Apabila sapi tetap hidup berarti operasi itu dianggap berhasil, sebaliknya bila tidak berarti pekerjaan itu dilakukan terlambat.
Suhu rektal yang normal seekor sapi adalah antara 100,4 sampai 102.8 ⁰F. Kebanyakan penyakit meskipun tidak semuanya, menimbulkan perubahan suhu di atas atau kadang-kadang juga dibawah kisaran itu. Pengukuran suhu biasanya merupakan observasi pertama yang dikerjakan sebelum bergerak menuju langkah diagnosis yang spesifik.
Diperkirakan bahwa zat-zat beracun yang dihasilkan pada waktu itu, terserap atau terhisap ke dalam paru-paru hingga menyebabkan kematian. Sebab yang pasti tidaklah jelas, tetapi umumnya bahwa pakan konsentrat yang terlalu banyak merupakan penyebab timbulnya kembung. Ada 2 jenis kembung yang dikenal, yaitu bentuk gas dan bentuk gelembung gas. Kembug yang disebabkan oleh gas dapat diatasi dengan cara seperti mengajak sapi untuk berjalan-jalan, diberi pipa slang masuk melalui esofagus, atau cara terakhir dengan menusuk rumen dengan alat tertentu hingga gas dapat keluar. Jenis kembung yang berupa gelembung haruslahh diusahakan agar gelembung itu pecah seperti memecahkan balon. Suatu zat yang dikenal sebagai surfaktan dapat digunakan dengan efektif untuk maksud tersebut. Minyak nabati dan bahkan sabun bubuk detergen dapat digunakan dalam keadaan darurat. Namun demikian yang dianjurkan adalah suatu surfaktan yang khusus seperti poloxalene. Zat itu biasanya dilolohkan lewat mulut, atau dalam keadaan terpaksa dapat disuntikan langsung ke dalam rumen dengan menembus dindingnya.
Usaha-usaha pencegahan sebaiknya dijalankan, misalnya dengan memberikan jerami kering sebelum sapi dilepas di padang leguminosa dengan pemberian surfaktan. Cara-cara ini dapat memberikan hasil yang cukup baik.
Penyakit founder sering dikaitkan dengan keadaan sapi yang dimakan berlebihan, tetapi yang lebih sering adalah reaksi alergi terhadap komponen pakan berupa bijian apabila secara mendadak sapi mendapatkan ransum dengan jumlah bijian yang banyak. Sapi yang makan terlalu banyak makanan konsentrat kadang-kadang memperlihatkan tanda-tanda penyakit founder dalam waktu 24 jam. Tanda-tanda yang pertama adalah kelumpuhan.
Apabila untuk kepentingan produksi susu konsentrat harus diberikan dalam jumlah banyak, penambahannya hendaknya diberikan secara bertahap. Penambahan bertahap selama 2 sampai 4 minggu dapat mencegah timbulnya gejala penyakit tersebut. Gudang-gudang pakan haruslah tertutup rapat hingga sapi tidak dapat menerobos masuk untuk makan konsentrat yang sedang disimpan di dalam.
Pengendalian penyakit ini yang bersifat kronis adalah pemotongan teracak agar panjangnya tetap normal. Karena gejala penyakit ini sering muncul dan jarang dapat disembuhkan, sapi yang menderita sebaiknya dijual atau dipotong. Apabila nampak gejala yang akut, pengobatan dengan steroid dan suntikan anti histamin dapat memberikan hasil yang baik.
Penyebabnya adalah rendahnya kandungan magnesium dalam darah yang biasanya dikarenakan adanya defisiensi di dalam tanah atau pada hijauan yang dimakan. Pengobatan biasanya dilakukan penyuntikan garam magnesium ke dalam pembuluh vena. Usaha-usaha pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan ransum yang cukup mengandung magnesium.
Bentuk ketosis yang pertama adalah yang disebut wasting form. Tanda-tanda klinis untuk bentuk ketosis ini adalah turunnya nafsu makan dan produksi susu dalam 2 sampai 4 hari, turunnya berat badan dengan cepat, timbulnya konstipasi namun suhu badan, pulsa maupun respirasi tetap normal. Meski penyakit ketosis paling umum terjadi pada sapi perah, namun penyakit ini dapat terjadi pada semua jenis ternak ruminansia.
Bentuk ketosis yang kedua adalah nervous form yang tanda-tandanya meliputi timbulnya keadaan gemetar, kebutaan sebagian, berjalan melingkar, nafsu makan turun, mengunyah-ngunyah terus meski tidak apa-apa, serta salivasi yang berlebihan. Sapi kelihatan sembuh, tetapi tanda-tanda itu dapat muncul kembali secara tiba-tiba.
Jenis gangguan ini memerlukan kehadiran dokter hewan yang berpengalaman untuk menanganinya. Pembahasan lebih lengkapnya lagi akan dibahas pada postingan selanjutnya
Penyebabnya adalah defisiensi mineral kalsium yang timbul karena kebutuhan yang sangat besar akan mineral itu untuk memproduksi susu. Pengobatannya adalah berupa penyuntikan garam kalsium secara intravenous atau penyuntikan udara ke dalam ambing guna menekan produksi susu, jadi agar kebutuhan akan mineral kalsium berkurang. Hasil yang dicapai dengan cara ini biasanya cukup baik dan hewan-hewan yang tidak diobati biasanya mati.
Pengamatan-pengamatan terakhir menunjukkan bahwa pemberian vitamin D dengan dosis 20 sampai 30 juta unit selama 5 sampai 7 hari sebelum saat kelahiran, dapat menekan kemungkinan munculnya penyakit demam susu. Bila pemberian itu sudah dihentikan lebih dari 4 hari sebelum kelahiran, sapi akan menjadi lebih peka dibandingkan dengan sapi yang sama sekali tidak diobati. Namun, pemberian yang melebihi dosis tersebut juga harus dihindari sebab dapat menyebabkan keracunan. Pemberian penyuntikan subkutan atau intravenous dengan vitamin D, yaitu pada hari ke 2 sampai 8 sebelum kelahiran juga dapat merupakan upaya pencegahan yang efektif. Namun demikian, sering timbul reaksi setelah diberikan intravenous hingga perlulah selalu siap dalam menghadapi keadaan darurat.
Pengobatan penyakit ini tidak ada. Hendaknya dilakukan pencegahan untuk menghindarkan sapi mengkonsumsi barang-barang sejenis itu.
Suatu cara penyembuhan yang ada di Amerika adalah apabila seekor sapi menderita penyakit yang mereka sebut 'hollow horn' atau 'hollow tail', mereka lalu memotong tanduk atau menyayat ekor sapi itu dan mengisi celahnya dengan garam. Karena tanduk sapi selalu berongga maka hal itu selalu dapat dilakukan. Apabila sapi tetap hidup berarti operasi itu dianggap berhasil, sebaliknya bila tidak berarti pekerjaan itu dilakukan terlambat.
Suhu rektal yang normal seekor sapi adalah antara 100,4 sampai 102.8 ⁰F. Kebanyakan penyakit meskipun tidak semuanya, menimbulkan perubahan suhu di atas atau kadang-kadang juga dibawah kisaran itu. Pengukuran suhu biasanya merupakan observasi pertama yang dikerjakan sebelum bergerak menuju langkah diagnosis yang spesifik.
Kembung (Bloat)
Meski bukan merupakan suatu penyakit yang sebenarnya, kembung ini merupakan keadaan yang tidak sehat yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menimbulkan kematian ternak ruminansia sampai 100 juta dollar tiap tahunnya di Amerika Serikat. Tanda-tanda kembung adalah pembengkakan dalam ukuran yang abnormal pada bagian sisi sebelah kiri dari seekor hewan. Keadaan yang parah menyebabkan timbulnya tekanan pada diafragma dan paru-paru hingga menyulitkan pernafasan.Diperkirakan bahwa zat-zat beracun yang dihasilkan pada waktu itu, terserap atau terhisap ke dalam paru-paru hingga menyebabkan kematian. Sebab yang pasti tidaklah jelas, tetapi umumnya bahwa pakan konsentrat yang terlalu banyak merupakan penyebab timbulnya kembung. Ada 2 jenis kembung yang dikenal, yaitu bentuk gas dan bentuk gelembung gas. Kembug yang disebabkan oleh gas dapat diatasi dengan cara seperti mengajak sapi untuk berjalan-jalan, diberi pipa slang masuk melalui esofagus, atau cara terakhir dengan menusuk rumen dengan alat tertentu hingga gas dapat keluar. Jenis kembung yang berupa gelembung haruslahh diusahakan agar gelembung itu pecah seperti memecahkan balon. Suatu zat yang dikenal sebagai surfaktan dapat digunakan dengan efektif untuk maksud tersebut. Minyak nabati dan bahkan sabun bubuk detergen dapat digunakan dalam keadaan darurat. Namun demikian yang dianjurkan adalah suatu surfaktan yang khusus seperti poloxalene. Zat itu biasanya dilolohkan lewat mulut, atau dalam keadaan terpaksa dapat disuntikan langsung ke dalam rumen dengan menembus dindingnya.
Usaha-usaha pencegahan sebaiknya dijalankan, misalnya dengan memberikan jerami kering sebelum sapi dilepas di padang leguminosa dengan pemberian surfaktan. Cara-cara ini dapat memberikan hasil yang cukup baik.
Founder
Founder ini adalah suatu macam penyakit yang lebih sering menyerang sapi dan kuda, tetapi mungkin juga menyerang jenis-jenis ternak yang lain. Tanda-tanda klinis yang paling umum adalah adanya peradangan di daerah kaki, yaitu antara bagian yang bertulang dengan dinding teracak. Pada sapi, keadaan atau bentuk yang kronis terjadi apabila dinding teracak terpisah dari jaringan tulang dan jari teracak tumbuh memanjang dan melengkung ke atas tanpa menyentuh tanah. Jari tersebut dapat tumbuh cukup panjang sehingga menyulitkan sapi untuk berjalan. Dalam bentuk yang akut, tanda-tandanya kurang nampak. Tanda-tanda yang umum adalah kelumpuhan, pembengkakan sendi dan rasa sakit pada bagian kaki.Penyakit founder sering dikaitkan dengan keadaan sapi yang dimakan berlebihan, tetapi yang lebih sering adalah reaksi alergi terhadap komponen pakan berupa bijian apabila secara mendadak sapi mendapatkan ransum dengan jumlah bijian yang banyak. Sapi yang makan terlalu banyak makanan konsentrat kadang-kadang memperlihatkan tanda-tanda penyakit founder dalam waktu 24 jam. Tanda-tanda yang pertama adalah kelumpuhan.
Apabila untuk kepentingan produksi susu konsentrat harus diberikan dalam jumlah banyak, penambahannya hendaknya diberikan secara bertahap. Penambahan bertahap selama 2 sampai 4 minggu dapat mencegah timbulnya gejala penyakit tersebut. Gudang-gudang pakan haruslah tertutup rapat hingga sapi tidak dapat menerobos masuk untuk makan konsentrat yang sedang disimpan di dalam.
Pengendalian penyakit ini yang bersifat kronis adalah pemotongan teracak agar panjangnya tetap normal. Karena gejala penyakit ini sering muncul dan jarang dapat disembuhkan, sapi yang menderita sebaiknya dijual atau dipotong. Apabila nampak gejala yang akut, pengobatan dengan steroid dan suntikan anti histamin dapat memberikan hasil yang baik.
Goiter (Gondok)
Goiter adalah gejala membersarnya kelenjar tiroid di leher sehingga memperlihatkan gejala pembengkakan di kedua sisi leher. Goiter disebabkan oleh defisiensi garam yodium. Seperti diketahui garam itu diperlukan oleh kelenjar tiroid guna membentuk hormon tiroksin. Apabila ransum kurang mengandung yodium, kelenjar tiroid akan terangsang untuk membesar agar dapat memproduksi tiroksin dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan. Untuk mencegah timbulnya penyakit ini serta untuk pengobatan gejala awal, hewan yang bersangkutan diberi garam beryodium. Pada tahap yang sudah lanjut, penyakit ini sulit untuk diobati.Tetani Rumput
Tetani rumput ditunjukkan oleh adanya gejala nervousness dan gemetar pada otot. hewan penderita sering kali mengalami pernafasan yang cepat, gemetar dan jatuh ketika sedang merumput. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut grass stager.Penyebabnya adalah rendahnya kandungan magnesium dalam darah yang biasanya dikarenakan adanya defisiensi di dalam tanah atau pada hijauan yang dimakan. Pengobatan biasanya dilakukan penyuntikan garam magnesium ke dalam pembuluh vena. Usaha-usaha pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan ransum yang cukup mengandung magnesium.
Ketosis (Asetonemia, Hipoglisemia, Penyakit Kebuntingan)
Istilah ketosis muncul dari kenyataan bahwa sapi yang menderita mengeluarkan bau keton dari saluran dan kadang-kadang bau itu ada pula di dalam air susu. Bau itu sangat keras dan barangkali tepat bila disamakan atau bahkan lebih keras dari bau cairan yang digunakan untuk membersihkan kuku manusia. Bau itulah yang menjadi ciri ketosis, meski diagnosis yang pasti harus datang dari dokter hewan karena keadaan-keadaan lain dapat juga menimbulkan gejala yang sama.Bentuk ketosis yang pertama adalah yang disebut wasting form. Tanda-tanda klinis untuk bentuk ketosis ini adalah turunnya nafsu makan dan produksi susu dalam 2 sampai 4 hari, turunnya berat badan dengan cepat, timbulnya konstipasi namun suhu badan, pulsa maupun respirasi tetap normal. Meski penyakit ketosis paling umum terjadi pada sapi perah, namun penyakit ini dapat terjadi pada semua jenis ternak ruminansia.
Bentuk ketosis yang kedua adalah nervous form yang tanda-tandanya meliputi timbulnya keadaan gemetar, kebutaan sebagian, berjalan melingkar, nafsu makan turun, mengunyah-ngunyah terus meski tidak apa-apa, serta salivasi yang berlebihan. Sapi kelihatan sembuh, tetapi tanda-tanda itu dapat muncul kembali secara tiba-tiba.
Jenis gangguan ini memerlukan kehadiran dokter hewan yang berpengalaman untuk menanganinya. Pembahasan lebih lengkapnya lagi akan dibahas pada postingan selanjutnya
Demam Susu (Parturien Paresis)
Penyakit ini lebih terkenal dengan nama milk fever. Masalah ini timbul pada saat atau sesaat setelah kelahiran pertama, tetapi jarang pada kelahiran yang kedua. Sapi betina yang bersangkutan memperlihatkan keadaan sangat lemah, matanya tampak galak, serta hilangnya kesadaran dengan leher atau kepala yang terlipat ke arah badan, seperti anjing yang sedang tidur. Suhu badan biasanya berada di bawah normal.Penyebabnya adalah defisiensi mineral kalsium yang timbul karena kebutuhan yang sangat besar akan mineral itu untuk memproduksi susu. Pengobatannya adalah berupa penyuntikan garam kalsium secara intravenous atau penyuntikan udara ke dalam ambing guna menekan produksi susu, jadi agar kebutuhan akan mineral kalsium berkurang. Hasil yang dicapai dengan cara ini biasanya cukup baik dan hewan-hewan yang tidak diobati biasanya mati.
Pengamatan-pengamatan terakhir menunjukkan bahwa pemberian vitamin D dengan dosis 20 sampai 30 juta unit selama 5 sampai 7 hari sebelum saat kelahiran, dapat menekan kemungkinan munculnya penyakit demam susu. Bila pemberian itu sudah dihentikan lebih dari 4 hari sebelum kelahiran, sapi akan menjadi lebih peka dibandingkan dengan sapi yang sama sekali tidak diobati. Namun, pemberian yang melebihi dosis tersebut juga harus dihindari sebab dapat menyebabkan keracunan. Pemberian penyuntikan subkutan atau intravenous dengan vitamin D, yaitu pada hari ke 2 sampai 8 sebelum kelahiran juga dapat merupakan upaya pencegahan yang efektif. Namun demikian, sering timbul reaksi setelah diberikan intravenous hingga perlulah selalu siap dalam menghadapi keadaan darurat.
Penyakit X (Hiperkeratosis)
Ini merupakan suatu keadaan kelainan kulit, yaitu kulit yang menebal dan bulu yang rontok, disertai mata berair dan timbulnya diare. Tingkat kematian dapat mencapai 75%. Sebabnya adalah karena sapi makan produk-produk yang sangat mengandung lemak atau bahkan karena makan gemuk (grease) maupun oli.Pengobatan penyakit ini tidak ada. Hendaknya dilakukan pencegahan untuk menghindarkan sapi mengkonsumsi barang-barang sejenis itu.
Comments
Post a Comment