Gejala Dan Penanganan Penyakit Erisipelas Pada Babi

Ada 3 bentuk penyakit erisipelas yang penampilan gejala-gejala klinisnya sangat berbeda, masing-masing yaitu bentuk yang akut, sub akut dan kronis. Bentuk akut dapat menyebabkan kematian babi secara sangat mendadak. Babi yang lain memperlihatkan kenaikan suhu badan, turunnya nafsu makan, fisik yang nampak sakit, punggungnya melengkung serta jalannya yang seakan tak kuasa mengangkat kaki, serta rasa sakit pada kaki dan persendian. Babi yang terserang ingin terus berbaring dan bila dipaksa untuk berdiri babi itu sangat melawan. Kira-kira pada hari yang ke 3 timbul bercak-bercak pada kulit yang berbentuk persegi empat atau segi lima dengan warna merah. Inilah yang dipastikan sebagai tanda klinis diagnostik babi yang terserang erisipelas.

Bentuk erisipelas yang sub akut memperlihatkan tanda-tanda yang lebih ringan dengan tingkat kematian yang lebih rendah. Babi kelihatan menolak kalau akan dipindah serta terjadi perubahan warna kulit telinga, ekor, pipi dan kaki menjadi kemerahan. Dalam bentuk yang kronis, timbul arthritis yang sifatnya persisten serta pembengkakan sendi. Ujung ekor dan atau ujung telinga menjadi hitam dan kemudian dapat rontok. Meskipun bentuk akut itu merupakan bentuk yang paling berbahaya, kerugian ekonomis yang paling besar terjadi pada bentuk sub akut dan bentuk kronis karena timbulnya arthritis dan pincang, keadaan yang tidak bisa diperbaiki lagi.

Penyebab penyakit erisipelas adalah bakteri Erysipelothrix insidiosa. Organisme ini sangat sulit dikontrol karena hidup pada inang yang sangat bermacam-macam. termasuk tikus, burung, serangga, dapat pula hidup di dalam tanah, dan dapat juga disebarkan oleh babi lainnya yang telah sembuh dari penyakit itu. Bila dicurigai adanya penyakit erisipelas, antibiotika yang menjadi pilihan adalah penisilin dan khlortetrasiklin. Apabila tahap perkembangan penyakit itu sudah lanjut, arthritis masih tetap bisa timbul meskipun pengobatan itu sendiri dapat dikatakan berhasil. Suatu jenis antiserum erisipelas babi pada saat ini juga tersedia, guna diberikan untuk babi pada saat munculnya infeksi akut, hingga dapat memberikan pengaruh sebagai penangkal.

Usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan meliputi pengontrolan atas tikus, macam-macam hewan pemangsa (predator), lalat dan membakar babi yang mati oleh penyakit itu. Vaksin juga tersedia dan dapat memberikan kekebalan untuk jangka 6 bulan. Vaksinasi dapat dilakukan setiap saat selama masa kebuntingan, tetapi  lebih disarankan vaksinasi itu diberikan pada 3 atau 4 minggu sebelum perkawinan. Vaksinasi itu hendaknya diberikan lagi 3 sampai 4 minggu sebelum saat kelahiran, agar dapat meningkatkan kekebalan pada anak-anak babi yang lahir melalui kolestrum yang dihisap oleh anak-anak babi yang lahir itu dari induknya. Vaksinasi sebaiknya diulangi lagi setiap menjelang kelahiran agar tetap dapat mempertahankan kekebalan pada litter yang dihasilkan kemudian.

Comments

Popular posts from this blog

Pemberian Pakan Babi Sesuai Penggolongan (Kelasnya)

Anatomi Internal Ambing Serta Jalannya Susu Yang Di-Sintesis

Sistem Reproduksi Pada Sapi

Anatomi Tubuh Pada Ayam

Sistem Pencernaan Babi (Pig's Digestive System)

Bangsa-bangsa dan Karakteristik Kerbau Perah

Sejarah dan Klasifikasi Bangsa-bangsa Babi

Manajemen Pemerahan Susu Sapi

Konversi Ransum pada Itik Petelur Mojosari

Daging dan Wool (Serat atau Bulu) Domba