Gejala Dan Penanganan Penyakit Atrophic Rhinitis Pada Babi
Atrophic rhinitis bukanlah suatu penyakit yang menyebabkan timbulnya banyak kematian, tetapi dapat menimbulkan kerugian ekonomis yang cukup besar karena terjadinya iritasi pada hidung, babi tidak dapat makan, serta kondisi fisik yang parah. Keadaan ini juga menurunkan ketahanan tubuh terhadap infeksi paru-paru sekunder oleh karena menurunnya aktivitas penyaringan udara yang normal oleh tulang nasal. Moncong dipengaruhi oleh pertumbuhan suatu tulang kecil dan tipis yang membentuk rongga nasal (tulang turbinat). Tulang turbinat itu ukurannnya mengecil karena penyakit. Gangguan pada tulang turbinat menyebabkan timbulnya rasa sakit.
Penyakit atrophic rhinitis pertama kali muncul pada anak babi umur 3 minggu atau lebih muda lagi, dan berkembang menjadi semakin kronis dengan semakin bertambahnya umur anak babi itu. Mula-mula terlihat gejala batuk, bersin, dan menguap. Apabila terjadi degenerasi yang parah pada kedua sisi, maka keadaan yang disebut crooked nose. Saluran air mata juga bisa tertutup atau tersumbat sehingga akan timbul samacam lendir (discharge) dan terlihat adanya suatu bentuk lingkaran kotoran di bawah mata. Hidung kadang-kadang kelihatan berdarah di permukaannya.
Penyebab utama penyakit atrophic rhinitis adalah bakteri Bordetella bronchiseptica. Debu serta penyebab iritasi lainnya dapat lebih memperparah keadaan. Bakteri yang menyerang tersebut terdapat di hampir semua peternakan babi di Amerika Serikat. Sangat sulit untuk mengontrol penyakit ini sebab penyakit ini dibawa oleh hewan mamalia lainnya ke dalam kandang, khususnya oleh kucing.
Dianjurkan untuk memberi sufathiazol ke dalam air minum dan sulfamethazin ke dalam pakan terus menerus selama 5 minggu. Babi induk harus diberi pengobatan itu sebelum saat melahirkan agar supaya penularan kepada anak-anaknya kemudian dapat dicegah.
Bakteri rhinitis yang mengandung organisme Bordetella yang telah mati sekarang sudah tersedia. Pemberiannya dilakukan pada minggu pertama kelahiran anak babi, dan kemudian diberikan lagi pada umur 28 hari agar dihasilkan perlindungan yang memadai bagi anak-anak babi itu. Induknya diberi suntikan preparat itu juga, 4 dan 2 minggu sebelum melahirkan, sedangkan pejantan diberi suntikan 2 kali setahun agar timbul kekebalan yang cukup memadai.
Usaha pencegahan sangat dianjurkan untuk menangani gangguan ini. Pembelian bibit babi disarankan dilakukan dari peternakan yang bebas dari Bordetella bronchiseptica. Di samping itu, juga dianjurkan agar tiap peternakan menerapkan sistem ventilasi perkandangan yang bagus serta melaksanakan cara penanganan yang cermat pada anak-anak bani sebab penyakit-penyakit lainnya (scours, flu, pneumonia) dapat menyebabkan lebih parahnya wabah atrophic rhinitis. Pengendalian terhadap kucing serta hewan-hewan mengerat (rodensia) lainnya di sekitar peternakan harus dilakukan. Selain itu babi-babi baru yang dimasukkan ke peternakan harus ditest bebas dari Bordetella.
Penyakit atrophic rhinitis pertama kali muncul pada anak babi umur 3 minggu atau lebih muda lagi, dan berkembang menjadi semakin kronis dengan semakin bertambahnya umur anak babi itu. Mula-mula terlihat gejala batuk, bersin, dan menguap. Apabila terjadi degenerasi yang parah pada kedua sisi, maka keadaan yang disebut crooked nose. Saluran air mata juga bisa tertutup atau tersumbat sehingga akan timbul samacam lendir (discharge) dan terlihat adanya suatu bentuk lingkaran kotoran di bawah mata. Hidung kadang-kadang kelihatan berdarah di permukaannya.
Penyebab utama penyakit atrophic rhinitis adalah bakteri Bordetella bronchiseptica. Debu serta penyebab iritasi lainnya dapat lebih memperparah keadaan. Bakteri yang menyerang tersebut terdapat di hampir semua peternakan babi di Amerika Serikat. Sangat sulit untuk mengontrol penyakit ini sebab penyakit ini dibawa oleh hewan mamalia lainnya ke dalam kandang, khususnya oleh kucing.
Dianjurkan untuk memberi sufathiazol ke dalam air minum dan sulfamethazin ke dalam pakan terus menerus selama 5 minggu. Babi induk harus diberi pengobatan itu sebelum saat melahirkan agar supaya penularan kepada anak-anaknya kemudian dapat dicegah.
Bakteri rhinitis yang mengandung organisme Bordetella yang telah mati sekarang sudah tersedia. Pemberiannya dilakukan pada minggu pertama kelahiran anak babi, dan kemudian diberikan lagi pada umur 28 hari agar dihasilkan perlindungan yang memadai bagi anak-anak babi itu. Induknya diberi suntikan preparat itu juga, 4 dan 2 minggu sebelum melahirkan, sedangkan pejantan diberi suntikan 2 kali setahun agar timbul kekebalan yang cukup memadai.
Usaha pencegahan sangat dianjurkan untuk menangani gangguan ini. Pembelian bibit babi disarankan dilakukan dari peternakan yang bebas dari Bordetella bronchiseptica. Di samping itu, juga dianjurkan agar tiap peternakan menerapkan sistem ventilasi perkandangan yang bagus serta melaksanakan cara penanganan yang cermat pada anak-anak bani sebab penyakit-penyakit lainnya (scours, flu, pneumonia) dapat menyebabkan lebih parahnya wabah atrophic rhinitis. Pengendalian terhadap kucing serta hewan-hewan mengerat (rodensia) lainnya di sekitar peternakan harus dilakukan. Selain itu babi-babi baru yang dimasukkan ke peternakan harus ditest bebas dari Bordetella.
Comments
Post a Comment