Gejala Dan Penanganan Penyakit Peritonitis Menular Pada Kucing
Peritonitis menular atau Feline Infectious Peritonitis (FIP) dalam bentuk klasik adalah penyakit yang berjalan progresif dan umumnya fatal pada kucing. Umumnya pada kucing ditandai dengan peritonitis yang bersifat sero-fibrinosa atau dalam rongga perut tertimbun cairan yang banyaknya bervariasi dan mengandung banyak fibrin. Penyakit ini baru dikenal dalam tahun 1960-an dan pertama kali di temukan di Amerika Serikat. Dalam tahun-tahun berikutnya penyakit ini ditemukan di banyak negara Eropa.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Coronaviridae. Virus ini berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat hubungannya dengan coronavirus anjing dan coronavirus 229E pada manusia.
Infeksi virus Feline Infectious Peritonitis (FIP) hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara sporadik. Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus ditemukan dalam darah dan eksudat kucing sakit. Sebagian besar infeksi berlangsung secara subklinis. Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi, disamping itu kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit ini mungkin kompleks antigen-antibodi dan komplemen memegang peranan.
Mungkin sekali waktu inkubasi pada infeksi alami berlangsung beberapa bulan. Sesudah infeksi secara eksperimental waktu inkubasi biasanya lebih pendek. Gejala klinis penyakit ini mulai dengan gejala-gejala tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu, suhu tinggi dan kemudian terjadi asites. Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah berkembang. Sekali-kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam toraks sehingga kucing sesak nafas. Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis, ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan kekejangan. Biasanya kucing mati dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan histopatologis dan pemeriksaan laboratorium. Pada kasus-kasus klasik, diagnosa tidak sulit. Bila kucing di punksi maka dari ruang abdomen keluar cairan berlendir dan sebagian akan membeku bila kena udara luar. Secara histopatologi ditemukan lesi berbentuk granuloma dan biasanya nekrosa ditemukan pada serosa dan alat-alat tubuh. Pemeriksaan laboratorium dengan tes imunoflouresensi indirek dilakukan untuk membuktikan adanya antibodi. Pada kucing yang secara klinis kelihatan sehat dapat ditemukan badan-badan penangkis. Titer yang sangat tinggi hanya terlihat pada kucing yang klinis menderita Feline Infectious Peritonitis (FIP).
Diagnos bandingnya adalah penggumpalan cairan dalam rongga perut dan dada menimbulkan dugaan mengenai adanya gangguan jantung, tumor, piometra, sobek kandung kencing dan peritonitis oleh infeksi bakteri dan jamur. Kelainan-kelainan pada mata selain pada Feline Infectious Peritonitis (FIP) juga ditemukan pada toksoplasmosis dan leksosis. Gejala saraf ditemukan pada toksoplasmosis, infeksi mikotis, dan ensefalopati bacterial.
Bila diagnosa Feline Infectious Peritonitis (FIP) sudah ditentukan maka prognosanya sulit. Untuk pencegahan, vaksinasi belum ada. Kucing yang terinfeksi sebaiknya disingkirkan atau dimusnahkan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Coronaviridae. Virus ini berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat hubungannya dengan coronavirus anjing dan coronavirus 229E pada manusia.
Infeksi virus Feline Infectious Peritonitis (FIP) hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara sporadik. Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus ditemukan dalam darah dan eksudat kucing sakit. Sebagian besar infeksi berlangsung secara subklinis. Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi, disamping itu kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit ini mungkin kompleks antigen-antibodi dan komplemen memegang peranan.
Mungkin sekali waktu inkubasi pada infeksi alami berlangsung beberapa bulan. Sesudah infeksi secara eksperimental waktu inkubasi biasanya lebih pendek. Gejala klinis penyakit ini mulai dengan gejala-gejala tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu, suhu tinggi dan kemudian terjadi asites. Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah berkembang. Sekali-kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam toraks sehingga kucing sesak nafas. Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis, ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan kekejangan. Biasanya kucing mati dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan histopatologis dan pemeriksaan laboratorium. Pada kasus-kasus klasik, diagnosa tidak sulit. Bila kucing di punksi maka dari ruang abdomen keluar cairan berlendir dan sebagian akan membeku bila kena udara luar. Secara histopatologi ditemukan lesi berbentuk granuloma dan biasanya nekrosa ditemukan pada serosa dan alat-alat tubuh. Pemeriksaan laboratorium dengan tes imunoflouresensi indirek dilakukan untuk membuktikan adanya antibodi. Pada kucing yang secara klinis kelihatan sehat dapat ditemukan badan-badan penangkis. Titer yang sangat tinggi hanya terlihat pada kucing yang klinis menderita Feline Infectious Peritonitis (FIP).
Diagnos bandingnya adalah penggumpalan cairan dalam rongga perut dan dada menimbulkan dugaan mengenai adanya gangguan jantung, tumor, piometra, sobek kandung kencing dan peritonitis oleh infeksi bakteri dan jamur. Kelainan-kelainan pada mata selain pada Feline Infectious Peritonitis (FIP) juga ditemukan pada toksoplasmosis dan leksosis. Gejala saraf ditemukan pada toksoplasmosis, infeksi mikotis, dan ensefalopati bacterial.
Bila diagnosa Feline Infectious Peritonitis (FIP) sudah ditentukan maka prognosanya sulit. Untuk pencegahan, vaksinasi belum ada. Kucing yang terinfeksi sebaiknya disingkirkan atau dimusnahkan.
Comments
Post a Comment