Reproduksi, Pemberian Pakan dan Tatalaksana Domba
Domba termasuk hewan ruminansia, oleh karena itu, beberapa prinsip yang telah dipahami dalam pembahasan sebelumnya tentang sapi, dpat diterapkan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan serta praktek tatalaksana. Akan tetapi, prinsip-prinsip reproduksinya berbeda. Domba termasuk hewan poliestrus musiman, yang berarti bahwa domba betina mengalami siklus birahi yang berulang-ulang pada saat mana kebuntingan dapat terjadi, tetapi hanya selama suatu musim tertentu saja, yaitu musim gugur.
Pada dasarnya, karena suhu lingkungan yang tinggi serta dimilikinya wool yang menutupi tubuhnya, domba jantan maupun betina tidak subur selama musim-musim lainnya. Namun beberapa bangsa tertentu tidaklah mengikuti pola umum itu (misalnya domba Dorset) dan dengan demikian dapat melahirkan anak di luar musim yang lazim. Pejantan dari semua bangsa biasanya subur sepanjang tahun tetapi kualitas semennya agak menurun pada bulan-bulan panas.
Induk domba sangat sering melahirkan kembar. Lamb Crop setinggi 100 sampai 150 % pada suatu kawasan domba bukannya sesuatu yang tidak biasa terjadi. Tidak seperti sapi yang memiliki kemampuan atau kemungkinan untuk diatur hingga melahirkan pada musim semi, musim gugur, atau bahkan spanjang tahun, umumnya domba hanya beranak pada musim semi saja. Praktek-praktek tatalaksana dan pemberian pakan sebelum tibanya saat-saat tersebut memberikan pengaruh terhadap efisiensi reproduksinya.
Agar perkawinan berjalan lebih lancar, domba betina perlu dicukur dan dibersihkan bulu ekornya. ini disebut togging. Domba jantan juga perlu dibersihkan daerah penisnya. kuku juga perlu diperiksa dan kalau perlu dipotong.
Untuk memperoleh gambaran visual tentang perkembangan atau keberhasilan perkawinan, pejantannya harus diberi tanda atau marka dengan pasta khusus atau zat pewarna lainnya di daerah dada sehingga domba betina yang dikawini akan membekas atau memperoleh warna itu pada bagian pantatnya.
Pasta yang dimaksud itu terbuat dari campuran minyak pelumas dan ekor kuning yang dioleskan pada jantan. Setelah 16 hari, warnanya diganti dengan mencampurkan oli dengan pewarna merah venesia. dan warna ini dipertahankan untuk enam belas hari berikutnya. Enam belas hari kemudian warna hitam dicampurkan dengan oli tersebut. Cara ini dapat menunjukkan domba betina mana yang bunting pada tahapan pertama, kedua atau ketiga dari siklus birahi.
Seekor domba betina yang hanya terkena sedikit zat warna menggambarkan bahwa domba itu kawinnnya pada awal. Warna merah ditumpangi kuning, berarti telah terjadi perkawinan dua kali. Warna hitam di atas warna-warna yang lain dapat berarti bahwa domba betina itu tidak bunting dan barangkali perlu disingkirkan dari kelompoknya. Warna-warna itu haruslah bergerah dari warna yang cerah ke warna yang gelap.
Dalam kondisi di mana kelompok-kelompok domba betina satu sama lain dipisahkan dan kelompok itu masing-masing hanya dikawini oleh seekor pejantan saja, cara pewarnaan ini dapat menemukan dengan gampang pejantan mana yang ternyata steril, sebab semua domba betina mengalami perkawinan yang berulangkali. Dengan demikian, dapat segera dicarikan pejantan yang lebih baik untuk menggantikannya. Tanpa menggunakan sistem perkawinan yang sederhana itu, tingkat lamb crop dapat rendah sekali dan waktu setahun dapat terbuang percuma.
Kepadatan hunian untuk sistem kawin di padang gembala adalah 25 sampai 35 ekor untuk tiap ekor domba pejantan vearling, dan antara 35 dan 60 ekor untuk seekor domba jantan yang telah dewasa. Domba-domba jantan masih sangat produktif sampai umur 6 atau 8 tahun.
Konsumsi pakan untuk seekor domba yang berat badannya sekitar 60 kg adalah sebesar 1,5 kg jerami atau 5 kg silase. Karena fetus yang dikandung berkembang dengan cepat serta diperlukan energi ekstra agar anak domba yang lahir itu cukup kuat, dianjurkan untuk memberikan kira-kira 0,25 kg bijian tiap ekor tiap hari, 30 sampai 45 hari menjelang kelahiran.
Pemberian bijian itu ditingkatkan menjadi 0,50 kg setelah kelahiran untuk memberikan gizi cukup agar laktasinya maksimum. Hal ini amatlah penting sebab kelahiran kembar akan sangat mungkin terjadi. Apabila digunakan jerami legum, umumnya tidaklah diperlukan suplemen protein . Air minum yang bersih serta campuran garam mineral juga harus selalu tersedia. Karena padang gembala banyak tersedia, domba betina serta anak-anaknya secara bertahap juga memanfaatkan padang itu. Anak domba dapat juga diberi pakan secara creep feeding tetapi hal itu tidak terlalu umum seperti pada sapi karena dengan pakan rumput saja dapat dicapai kualitas yang telah memenuhi selera konsumen.
Menjelang kelahiran, pemotongan bulu di bagian ekor, bagian flank serta bagian ambing sangatlah penting. Dengan cara ini maka proses kelahiran berlangsung lebih bersih dan proses menyusui juga lebih gampang. Istilah tagging berarti pemotongan atau perapian wool (biasanya wool yang mengandung feses atau kotoran lainnya) dan dapat dilakukan baik pada domba betina maupun jantan, mendekati saat kelahiran, pencukuran ataupun saat pemasaran domba.
Praktek pengguntingan wool di badan bagian belakang (rear quarter) pada domba betina sebelum beranak disebut "cruthching". Tagging juga dilakukan pada waktu yang sama. Domba betina digunting woolnya di daerah pantan dan menyeberang ke daerah perut di atas ambing. Kemudian wool di sisi sebelah dalam dari masing-masing kakinya juga dicukur dengan satu tangan memegang ambing dan satu tangan yang lain memotong di sekitar ambing. Crutching ini akan menjamin proses kelahiran berlangsung lebih bersih dan memungkinkan anak mudah menemukan puting susu. Terutama pada waktu peternak tidak menanganinya selama proses berlangsungnya kelahiran dan induk tidak mengalami crutching, anak domba sewaktu akan mulai menyusu, tidak menemukan puting tapi menemukan ekor.
Prosedur lain yang perlu diketahui adalah "facing". Facing adalah untuk mencegah wool di atas dan di bawah mata domba untuk mencegah kebutaan. Jika hal ini tidak dilakukan, pada beberapa bangsa domba tertentu yang mukanya tertutup bulu lebat, nafsu makannya cenderung rendah dan akan memperlihatkan kemampuan keindukan yang rendah pula.
Dalam kawana domba yang lebih besar di kawasan Barat Amerika Serikat, kelahiran sering terjadi di daerah yang terbuka tanpa banyak masalah (kecuali adanya predator). Sedikit sekali dibutuhkan bantuan / pertolongan, meskipun peternak-peternaknya senantiasa mengamati dari dekat dan siap memberi pertolongan sewaktu-waktu bila perlu. Pada kelompok domba yang kecil, sering kali induk yang melahirkan dipindah lokasi kelahirannya dari lokasi terkurung untuk dimasukkan ke petak-petak kecil.
Jerami segar dan bersih atau serbuk gergaji dapat digunakan sebagai alas tidur. Presentasi normal pada domba sama seperti pada sapi dan pertolongan diberikan hanya bila pelu saja. Pada waktu proses kelahiran di tempat yang terkurung, pusar anak domba harus diolesi yodium untuk mencegah tetanus, seperti yang umum dilakukan pada domba yang melahirkan.
Bila cuaca sangat dingin, disarankan untuk menyediakan lampu pemanas untuk penghangat anak domba. Menggosok dengan kain juga merupakan cara yang efektif untuk mengeringkan anak domba dan merangsang aliran darahnya.
Jika semuanya berjalan baik, setelah beberapa hari di kandang kelahiran, induk dan anaknya dikeluarkan. Kadang-kadang induk itu tidak memperdulikan satu atau beberapa anak-anaknya, hingga anak-anak itu membutuhkan perhatian dan kesabaran dari peternaknya. Beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi penolakan oleh induk terhadap anaknya antara lain adalah:
Namun cara tersebut bisa membahayakan, karena bila anak domba mati karena sakit, maka bisa terjadi infeksi. Usaha tersebut, juga membutuhkan banyak waktu. Dalam keadaan banyak anak domba "bummer" (anak domba yang tidak berinduk) atau anak kembar tiga atau kembar dua yang tidak mendapatkan susu yang cukup, sebaiknya digunakan tempat pakan sendiri yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan susu sapi atau susu pengganti. Untuk beberapa hari pertama, anak domba harus diberi kolestrum dari induk domba, kambing atau sapi.
Anak domba disapih sekitar umur 6 bulan, hal ini akan memberi kesempatan pada induk untuk beristirahat sementara sebelum mulai dikawinkan pada musim kawin berikutnya (dalam musim gugur). Anak domba dapat dijual sebagai hasil penggemukan padang rumput (dimusim semi), dimasukkan ke feedlot untuk digemukkan lebih jauh atau dipelihara untuk stok peremajaan untuk bibit pejantan.
Pada dasarnya, karena suhu lingkungan yang tinggi serta dimilikinya wool yang menutupi tubuhnya, domba jantan maupun betina tidak subur selama musim-musim lainnya. Namun beberapa bangsa tertentu tidaklah mengikuti pola umum itu (misalnya domba Dorset) dan dengan demikian dapat melahirkan anak di luar musim yang lazim. Pejantan dari semua bangsa biasanya subur sepanjang tahun tetapi kualitas semennya agak menurun pada bulan-bulan panas.
Karakteristik Reproduksi Domba Betina
- Pubertas (Masak kelamin)
Domba-domba betina dari kebanyakan tipe daging dapat mencapai pubertas pada umur 5 sampai 7 bulan dan dikawinkan pertama pada musim gugur pertama pada umur 8 bulan atau lebih. Domba-domba dari jenis penghasil wool yang berat badannya lebih besar, lebih mundur lagi sampai 16 bulan atau lebih. Domba jantan mencapai pubertas sekitar satu bulan lebih awal dibandingkan domba betina.
- Birahi (Estrus)
Anggota mamalia yang tergolong poliestrus musiman ini memulai siklus birahinya karena rangsangan suhu yang rendah pada musim gugur. Siklus itu berulang rata-rata tiap 16 hari (dengan kisaran antara 14 sampai 20 hari) sampai terjadinya kebuntingan. Lamanya birahi rata-rata adalah 30 jam. Tidak seperti spesies-spesies lainnya, domba betina hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda estrus yang nampak dari luar, kecuali bahwa domba betina itu akan tetap tinggal diam saja bila dinaiki oleh rekannya.
- Ovulasi
Telur dilepaskan dari ovari sekitar 24 sampai 30 jam setelah awal estrus. Oleh karena itu, kebuntingan sangat mungkin terjadi apabila perkawinan berlangsung pada saat-saat akhir birahi.
- Kebuntingan
Rata-rata lamanya masa bunting domba adalah 148 hari dengan kisaran antara 144 sampai 152 hari.
Tatalaksana Perkawinan Pada Domba
Untuk meningkatkan jumlah ovum yang dilepaskan dari ovari dan untuk meningkatkan terjadinya kelahiran kembar, dianjurkan untuk menerapkan flushing kepada domba betina. Flushing adalah pemberian pakan ekstra berupa bijian, 2 atau 3 minggu sebelum musim kawin. Pemberian sekitar 0,25 gandum atau jagung tiap ekor tiap hari adalah merupakan penerapan flushing yang umum. Biasanya dapat dicapai peningkatan lamb crop 10 sampai 20 %.Agar perkawinan berjalan lebih lancar, domba betina perlu dicukur dan dibersihkan bulu ekornya. ini disebut togging. Domba jantan juga perlu dibersihkan daerah penisnya. kuku juga perlu diperiksa dan kalau perlu dipotong.
Untuk memperoleh gambaran visual tentang perkembangan atau keberhasilan perkawinan, pejantannya harus diberi tanda atau marka dengan pasta khusus atau zat pewarna lainnya di daerah dada sehingga domba betina yang dikawini akan membekas atau memperoleh warna itu pada bagian pantatnya.
Pasta yang dimaksud itu terbuat dari campuran minyak pelumas dan ekor kuning yang dioleskan pada jantan. Setelah 16 hari, warnanya diganti dengan mencampurkan oli dengan pewarna merah venesia. dan warna ini dipertahankan untuk enam belas hari berikutnya. Enam belas hari kemudian warna hitam dicampurkan dengan oli tersebut. Cara ini dapat menunjukkan domba betina mana yang bunting pada tahapan pertama, kedua atau ketiga dari siklus birahi.
Seekor domba betina yang hanya terkena sedikit zat warna menggambarkan bahwa domba itu kawinnnya pada awal. Warna merah ditumpangi kuning, berarti telah terjadi perkawinan dua kali. Warna hitam di atas warna-warna yang lain dapat berarti bahwa domba betina itu tidak bunting dan barangkali perlu disingkirkan dari kelompoknya. Warna-warna itu haruslah bergerah dari warna yang cerah ke warna yang gelap.
Dalam kondisi di mana kelompok-kelompok domba betina satu sama lain dipisahkan dan kelompok itu masing-masing hanya dikawini oleh seekor pejantan saja, cara pewarnaan ini dapat menemukan dengan gampang pejantan mana yang ternyata steril, sebab semua domba betina mengalami perkawinan yang berulangkali. Dengan demikian, dapat segera dicarikan pejantan yang lebih baik untuk menggantikannya. Tanpa menggunakan sistem perkawinan yang sederhana itu, tingkat lamb crop dapat rendah sekali dan waktu setahun dapat terbuang percuma.
Kepadatan hunian untuk sistem kawin di padang gembala adalah 25 sampai 35 ekor untuk tiap ekor domba pejantan vearling, dan antara 35 dan 60 ekor untuk seekor domba jantan yang telah dewasa. Domba-domba jantan masih sangat produktif sampai umur 6 atau 8 tahun.
Pemberian Pakan Selama Bunting dan Laktasi
Seekor domba betina hendaknya beratnya bertambah sebanyak 10 sampai 12,5 kg sebelum melahirkan. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pakan secara pilihan bebas yang terdiri dari legum atau campuran legum dengan jerami, silase atau turnip. Suplemen protein dan mineral juga perlu diberikan, susunan ransum dan suplemen seperti yang tercantum pada postingan sebelumnya dengan judul "Pemberian Pakan Pada Sapi Pedaging" dapat digunakan.Konsumsi pakan untuk seekor domba yang berat badannya sekitar 60 kg adalah sebesar 1,5 kg jerami atau 5 kg silase. Karena fetus yang dikandung berkembang dengan cepat serta diperlukan energi ekstra agar anak domba yang lahir itu cukup kuat, dianjurkan untuk memberikan kira-kira 0,25 kg bijian tiap ekor tiap hari, 30 sampai 45 hari menjelang kelahiran.
Pemberian bijian itu ditingkatkan menjadi 0,50 kg setelah kelahiran untuk memberikan gizi cukup agar laktasinya maksimum. Hal ini amatlah penting sebab kelahiran kembar akan sangat mungkin terjadi. Apabila digunakan jerami legum, umumnya tidaklah diperlukan suplemen protein . Air minum yang bersih serta campuran garam mineral juga harus selalu tersedia. Karena padang gembala banyak tersedia, domba betina serta anak-anaknya secara bertahap juga memanfaatkan padang itu. Anak domba dapat juga diberi pakan secara creep feeding tetapi hal itu tidak terlalu umum seperti pada sapi karena dengan pakan rumput saja dapat dicapai kualitas yang telah memenuhi selera konsumen.
Perawatan Kebuntingan dan Kelahiran
Daya tahan seekor domba biasanya cukup besar, tetapi domba memerlukan juga tempat peneduh guna menanggulangi hujan dan panas yang berkepanjangan. Latihan-latihan fisik untuk domba diperlukan guna memperbaiki sirkulasi darah. Apabila karena cuaca buruk maka domba-domba tetap harus tinggal di dekat tempat pakan dan tumpukan jerami, haruslah dirangsang untuk berjalan-jalan sedikit di sekitarnya.Menjelang kelahiran, pemotongan bulu di bagian ekor, bagian flank serta bagian ambing sangatlah penting. Dengan cara ini maka proses kelahiran berlangsung lebih bersih dan proses menyusui juga lebih gampang. Istilah tagging berarti pemotongan atau perapian wool (biasanya wool yang mengandung feses atau kotoran lainnya) dan dapat dilakukan baik pada domba betina maupun jantan, mendekati saat kelahiran, pencukuran ataupun saat pemasaran domba.
Praktek pengguntingan wool di badan bagian belakang (rear quarter) pada domba betina sebelum beranak disebut "cruthching". Tagging juga dilakukan pada waktu yang sama. Domba betina digunting woolnya di daerah pantan dan menyeberang ke daerah perut di atas ambing. Kemudian wool di sisi sebelah dalam dari masing-masing kakinya juga dicukur dengan satu tangan memegang ambing dan satu tangan yang lain memotong di sekitar ambing. Crutching ini akan menjamin proses kelahiran berlangsung lebih bersih dan memungkinkan anak mudah menemukan puting susu. Terutama pada waktu peternak tidak menanganinya selama proses berlangsungnya kelahiran dan induk tidak mengalami crutching, anak domba sewaktu akan mulai menyusu, tidak menemukan puting tapi menemukan ekor.
Prosedur lain yang perlu diketahui adalah "facing". Facing adalah untuk mencegah wool di atas dan di bawah mata domba untuk mencegah kebutaan. Jika hal ini tidak dilakukan, pada beberapa bangsa domba tertentu yang mukanya tertutup bulu lebat, nafsu makannya cenderung rendah dan akan memperlihatkan kemampuan keindukan yang rendah pula.
Dalam kawana domba yang lebih besar di kawasan Barat Amerika Serikat, kelahiran sering terjadi di daerah yang terbuka tanpa banyak masalah (kecuali adanya predator). Sedikit sekali dibutuhkan bantuan / pertolongan, meskipun peternak-peternaknya senantiasa mengamati dari dekat dan siap memberi pertolongan sewaktu-waktu bila perlu. Pada kelompok domba yang kecil, sering kali induk yang melahirkan dipindah lokasi kelahirannya dari lokasi terkurung untuk dimasukkan ke petak-petak kecil.
Jerami segar dan bersih atau serbuk gergaji dapat digunakan sebagai alas tidur. Presentasi normal pada domba sama seperti pada sapi dan pertolongan diberikan hanya bila pelu saja. Pada waktu proses kelahiran di tempat yang terkurung, pusar anak domba harus diolesi yodium untuk mencegah tetanus, seperti yang umum dilakukan pada domba yang melahirkan.
Bila cuaca sangat dingin, disarankan untuk menyediakan lampu pemanas untuk penghangat anak domba. Menggosok dengan kain juga merupakan cara yang efektif untuk mengeringkan anak domba dan merangsang aliran darahnya.
Jika semuanya berjalan baik, setelah beberapa hari di kandang kelahiran, induk dan anaknya dikeluarkan. Kadang-kadang induk itu tidak memperdulikan satu atau beberapa anak-anaknya, hingga anak-anak itu membutuhkan perhatian dan kesabaran dari peternaknya. Beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi penolakan oleh induk terhadap anaknya antara lain adalah:
- Induk diperah dan sususnya dioleskan di pantat anak dan hidung induk.
- Oleskan cairan yang keluar dari hidung anak ke hidung induk.
- Tutupi mata induk.
- Tempatkan anjing yang diikat dekat kandang kelahiran. Anjing itu akan merangsang insting induk untuk melingdungi anaknya.
- Metode lainnya untuk mengatasi penolakan oleh induk terhadap anaknya yaitu dengan meningkatkan daya penciumannya.
Namun cara tersebut bisa membahayakan, karena bila anak domba mati karena sakit, maka bisa terjadi infeksi. Usaha tersebut, juga membutuhkan banyak waktu. Dalam keadaan banyak anak domba "bummer" (anak domba yang tidak berinduk) atau anak kembar tiga atau kembar dua yang tidak mendapatkan susu yang cukup, sebaiknya digunakan tempat pakan sendiri yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan susu sapi atau susu pengganti. Untuk beberapa hari pertama, anak domba harus diberi kolestrum dari induk domba, kambing atau sapi.
Anak domba disapih sekitar umur 6 bulan, hal ini akan memberi kesempatan pada induk untuk beristirahat sementara sebelum mulai dikawinkan pada musim kawin berikutnya (dalam musim gugur). Anak domba dapat dijual sebagai hasil penggemukan padang rumput (dimusim semi), dimasukkan ke feedlot untuk digemukkan lebih jauh atau dipelihara untuk stok peremajaan untuk bibit pejantan.
Anak Domba Diluar Musim Kelahiran
Beberapa induk domba, terutama Dorset, Rambouillet dan Merino dapat beranak sepanjang tahun. Karena pejantannya subur sepanjang tahun, domba jantan tipe daging dapat mengawini induk-induk untuk menghasilkan anak untuk pasaran yang sifatnya khusus.- Hothouse Lambs
Ini merupakan suatu usaha yang sangat khusus. Anak domba dimasukkan pada awal musim gugur atau musim dingin dan dijual dengan bobot yang masing ringan (12,5 - 30 kg). Boston dan New York merupakan konsumen utama "hothouse lambs" ini. Disebut demikian karena domba-domba tersebut dipelihara di bawah naungan (shelter) dan dipaksa agar siap dijual pada umur 6-12 minggu. Anak domba biasanya dikastrasi, tetapi tidak dipotong ekornya karena sementara pembeli menganggap bahwa domba yang dipotong ekornya umurnya telah tua.
- Easter Lambs
Ada permintaan anak domba dengan berat tertentu (berat hidup 9 -15 kg) setiap tahun, terutama di negara-negara bagian sebelah Timur. Domba yang lebih berat dengan bermacam-macam tingkat bobot juga diterima di pasaran bila para peternak ingin memanfaatkan peluang pasar itu.
Comments
Post a Comment